Mazmur 88, tentang "Doa dalam bayang-bayang maut" Seri Mazmur by Febrian

08 Maret 2025

Image by ChatGPT OpenAI

Mazmur 88, tentang "Doa dalam bayang-bayang maut" Seri Mazmur

Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai penderitaan yang dialami seseorang hingga merasakan hidupnya seperti sudah berada di bawah bayang-bayang maut. 
Kiranya Tuhan Yesus memberikan hikmat dan pengertian-Nya bagi kita semua.
Tuhan Yesus memberkati.

Mazmur 88 <-- Klik di sini untuk membaca keseluruhan pasal

Mazmur 88

Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, 
siang hari aku berseru-seru, 
pada waktu malam aku datang ke hadapan-Mu.
Biarlah doaku sampai ke hadapan-Mu, 
sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakanku! 

Jiwaku kenyang dengan kesesakan, 
hidupku sudah dekat kepada dunia orang mati.
Aku terhitung masuk ke dalam liang kubur, 
aku seperti orang yang tidak berkekuatan, 
terbuang di antara orang mati, 
seperti orang yang terbunuh, 
 terbaring di dalam kubur, yang tidak Kau ingat lagi, 
dan yang terputus dari perhatian-Mu.

Engkau telah menaruh aku ke dalam lubang yang paling bawah, 
ke dalam kegelapan, ke dalam tempat yang dalam. 
Murka-Mu menekan aku dengan berat, 
 gelombang-gelombang-Mu Kau biarkan melanda aku.

Engkau telah menjauhkan teman-temanku daripadaku, 
Engkau telah membuat aku menjadi kekejian bagi mereka. 
Aku terkurung dan tidak dapat keluar, mataku merana karena sengsara.

Aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN, setiap hari, 
aku mengulurkan tanganku kepada-Mu. 
Apakah Engkau akan melakukan keajaiban bagi orang mati? 
Apakah arwah akan bangkit untuk bersyukur kepada-Mu?
Dapatkah kasih setia-Mu diberitakan di dalam kubur, 
dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? 
Dapatkah keajaiban-Mu dikenal dalam kegelapan, 
dan keadilan-Mu di negeri kealpaan?

Tetapi aku ini, ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, 
pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu. 
Mengapa, ya TUHAN, Kau buang aku? 
Mengapa Kau sembunyikan wajah-Mu dari padaku?

Sejak kecil aku tertimpa sengsara dan hampir mati, 
aku menanggung kedahsyatan-Mu, aku putus asa. 
Kegeraman-Mu menimpa aku, 
kedahsyatan-Mu membinasakan aku.
Mereka mengepung aku seperti air sepanjang hari, 
mereka semuanya mengepung aku serentak. 
Telah Kaujauhkan daripadaku sahabat dan teman, 
yang mengenal aku, hanya kegelapan.

Pemazmur menuliskan Mazmur ini dalam keadaan yang sangat mengenaskan, atau bisa juga ia melihat penderitaan raja Daud dan menuliskan biografi kesedihannya menjadi Mazmur. 

Seluruh isi Mazmur 88, adalah ungkapan hati seseorang yang percaya akan pertolongan Tuhan baginya, namun Ia menangis karena pertolongan itu tidak kunjung datang, sementara rasanya ia sudah seperti orang mati di alam maut. Artinya ketakutan yang meliputi hidupnya sudah sedemikian besar, hingga rasanya hidupnya seperti berada di bawah bayang-bayang maut.

Mungkin saat ini di antara para pembaca ada yang sedang merasakan kondisi seperti ini. Merasakan kepedihan dan penderitaan hidup yang menguasai sedemikian rupa, hingga merasa seperti jalan keluar satu-satunya dari masalah, adalah kematian. 

Akan tetapi, sama seperti Pemazmur yang menuliskan lagu pengajaran tersebut di atas, bahwa berada di dalam penderitaan yang  paling tinggi dalam kehidupan kita, jangan sampai membuat kita kehilangan iman dan percaya kita kepada Tuhan.

Mazmur 88:11

Tetapi aku ini, ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu. 

Kesedihan dan ketakutan boleh saja menguasai kita, tetapi jangan sampai membuat kita lari dari pada Tuhan, melainkan justru berlari kepada Tuhan. Mari kita belajar dari seorang raja Yehuda yang mengalami ketakutan, namun ditolong Allah karena imannya kepada Allah.

Yosafat, raja Yehuda, merasa takut karena ancaman besar dari koalisi musuh, yaitu bani Moab, bani Amon, dan orang-orang Meunim yang datang untuk menyerangnya. Mereka adalah pasukan besar yang bersatu melawan Yehuda, dan secara manusiawi, Yosafat serta rakyatnya tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka.

2 Tawarikh 20:3

Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa.

Bagaimana Tuhan Menolong Yosafat?

Yosafat merespons ketakutannya dengan mencari Tuhan. Ia mengumpulkan seluruh Yehuda untuk berpuasa dan berdoa, menyerahkan seluruh masalah ini ke dalam tangan Tuhan (2 Tawarikh 20:3-4).

Dalam doa Yosafat, ia mengakui ketidakmampuannya dan berseru kepada Tuhan agar menolong mereka (2 Tawarikh 20:12). Kemudian, Tuhan berbicara melalui nabi Yahaziel, menyatakan bahwa pertempuran ini bukan milik Yosafat, tetapi milik Tuhan (2 Tawarikh 20:15). Tuhan memberi perintah agar mereka tidak takut, hanya berdiri teguh, dan melihat keselamatan dari Tuhan (2 Tawarikh 20:17).

Ketika pasukan Yehuda menaikkan puji-pujian, Tuhan mengacaukan pasukan musuh hingga mereka saling menyerang dan akhirnya binasa tanpa Yehuda harus mengangkat senjata (2 Tawarikh 20:22-24).

2 Tawarikh 20:22

"Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuatlah TUHAN penghadangan terhadap bani Amon dan Moab serta orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah."

Kesimpulan:

Yosafat mengajarkan bahwa ketika kita menghadapi masalah besar yang menakutkan, kita harus mencari Tuhan lebih lagi, berdoa, dan percaya bahwa Dia akan berperang bagi kita. Kemenangan Yosafat terjadi bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena ketaatannya untuk berserah kepada Tuhan dan percaya kepada firman-Nya.

Janganlah takut dan janganlah gentar menghadapi laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang, melainkan Allah.

2 Tawarikh 20:15
Amin.

Komentar

Postingan Populer