Mazmur 76 "Allah yang mengubah" Seri Mazmur by Febrian
22 Februari 2025
Mazmur 76 "Allah yang mengubah" Seri Mazmur
Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Allah Yang Maha Kuasa, sebagai Hakim dari segala bangsa di dunia.
Mazmur 76
Allah, Hakim segala bangsa
TUHAN, Allah Yang Maha Kuasa masyhur di Yehuda dan Israel. Allah mengalahkan seluruh musuh Israel.
Sela
Sela
TUHAN, Allah Maha Kuasa terhadap seluruh umat manusia. Tidak ada orang yang gagah perkasa sekalipun bisa tahan berdiri di hadapan--Nya.
Allah adalah Hakim Yang Agung, yang memberikan keputusan-Nya sehingga seluruh bumi takut dan tertegun. Pada waktu Allah bangkit menghukum seluruh manusia yang jahat yang menindas orang lemah di seluruh bumi.
Istilah panas hati dalam bahasa aslinya bisa memiliki beberapa arti; di satu sisi dapat menunjukkan kemarahan atau emosi, akibat kedurhakaan dan penindasan, namun di sisi lain juga bisa berarti semangat atau gairah.
Menurut Para ahli, konteks dari ayat ini, panas hati yang awalnya merupakan respons negatif yang misalnya adalah kemarahan orang fasik atau mereka yang menindas umat Allah, dan telah diubah oleh tindakan penyelamatan Allah, menjadi suatu bentuk syukur. Dengan demikian, apa yang awalnya merupakan ungkapan perlawanan atau pemberontakan akhirnya diubah menjadi pengakuan atas keagungan dan keadilan Tuhan. Perubahan emosi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada emosi manusia yang sepenuhnya sia-sia di mata Allah. Bahkan, kemarahan bisa diubah Allah menjadi ungkapan syukur.
Jadi ketika Tuhan turun tangan dengan penuh kuasa untuk menyelamatkan umat-Nya, bukan hanya keselamatan yang terjadi, tetapi Damai Sejahtera-Nya juga terjadi di hati orang. Hal ini menekankan bahwa keadilan Allah tidak hanya menghukum, tetapi juga merubah hati yang keras menjadi lembut dan penuh syukur. Inilah yang berbeda dari cara kerja Allah dengan kuasa kegelapan.
Bagian kedua dari ayat di atas, adalah "dan sisa panas hati itu akan Kauperikatpinggangkan", menggunakan perumpamaan yang kuat. Pada zaman Mazmur ditulis, pengikatan di sekitar pinggang merupakan tanda kesiapan, kehormatan, dan kedekatan. Dalam konteks ini, gambaran tersebut melambangkan bahwa mereka yang tersisa, yaitu umat yang telah diselamatkan Allah akan dipersatukan secara erat dengan Tuhan. Mereka seolah-olah "diikat" sebagai tanda pengesahan, menunjukkan bahwa hubungan mereka dengan Allah telah diperbaharui dan diperkuat secara kekal.
Ayat tentang "diperikatpinggangkan" ini juga mengisyaratkan, bahwa setelah melalui proses pertobatan dan penyelamatan, umat Allah akan selalu berada dalam hadirat-Nya. Seperti ikat pinggang yang melekat erat, mereka akan senantiasa diingatkan akan kebenaran, keadilan, dan rahmat Allah. Ini mengingatkan kita pada maksud lain dalam Alkitab yang menandakan kedekatan istimewa antara Allah dan umat-Nya.
Pembahasan ayat ini menegaskan bahwa tidak ada aspek kehidupan manusia—termasuk emosi dan semangat yang menyala-nyala—yang berada di luar kuasa Allah. Tuhan mampu mengambil segala "panas hati" yang timbul dari kejatuhan dan kesalahan manusia, lalu mengubahnya menjadi bentuk syukur dan penghormatan kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa dalam penyelamatan dan penghakiman Allah, bertujuan untuk mendekatkan kembali bangsa dan umat kesayangannya, kembali pada-Nya.
Ayat ini mengajak kita untuk senantiasa menyerahkan segala semangat, termasuk kemarahan atau kekecewaan, kepada Allah. Di tengah pergumulan hidup dan ketidakadilan yang mungkin kita saksikan, kita diundang untuk percaya bahwa Allah dapat mengubah setiap emosi yang tidak terarah menjadi pernyataan syukur yang tulus. Ini juga merupakan panggilan untuk menjaga hati agar tetap lembut dan siap menerima firman-Nya, sebagaimana gambaran pengikatan yang menandakan kedekatan yang kekal dengan Allah.
Komentar
Posting Komentar