"Merubuhkan Bukit-bukit Pengorbanan dalam hidup kita" by Febrian

29 Januari 2025

Merubuhkan Bukit-bukit Pengorbanan dalam hidup kita

Dalam Alkitab, kita melihat kisah tentang tiga jenis orang yang memiliki hubungan berbeda dengan Allah. Melalui perjalanan hidup mereka, kita belajar bagaimana sikap terhadap bukit-bukit pengorbanan, yang menjadi lambang dosa dan penyembahan berhala, memengaruhi hidup mereka di hadapan Allah. Mari kita renungkan tiga golongan ini.

A. PENYEMBAHAN BERHALA DALAM ALKITAB

I. Orang yang Jahat dan Menyembah Berhala

Dalam Alkitab, ada banyak raja yang memimpin umat Allah namun memilih jalan yang jahat dengan menyembah berhala dan membangun bukit-bukit pengorbanan. Beberapa kisah tersebut adalah:

1. Raja Salomo

1 Raja-raja 11:7

"Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem, dan bagi Molekh, dewa kejijikan bani Amon."

Renungan

Bukit pengorbanan yang didirikan oleh Salomo menunjukkan bagaimana penyembahan kepada Allah yang sejati, dapat tergantikan oleh kompromi dengan penyembahan berhala. 

Salomo, meskipun diberi hikmat yang luar biasa, akhirnya jatuh ke dalam dosa ini, karena terpengaruh istri-istrinya dari bangsa yang tidak menyembah TUHAN Allah Israel. 

Pelajaran:

Ini menjadi peringatan, bahwa hati kita dapat tergoda untuk mendua, sehingga memprioritaskan hal-hal duniawi atau orang lain daripada Tuhan. Waspada titik-titik lemah diri kita, mohonlah kepada Allah agar menjauhkan kita daripada hal-hal itu. 

Pisahkan diri kita dari pergaulan yang buruk dan menyesatkan. Mungkin awalnya terlihat baik, tetapi akhirnya adalah racun mematikan.

Jangan biarkan kompromi dengan dosa, bahkan yang terlihat kecil, menggeser penyembahan kita kepada Tuhan. Tetaplah setia hanya kepada-Nya.

2. Orang Israel

2.a. 2 Raja-raja 17:10-11

"Mereka mendirikan tugu-tugu dan tiang-tiang berhala di atas setiap bukit yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun; di sana mereka membakar korban di segala tempat pengorbanan seperti bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari hadapan mereka. Mereka melakukan hal-hal yang jahat, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN."

Renungan

Bukit-bukit pengorbanan melambangkan ketidaktaatan bangsa Israel kepada perintah Allah yang telah melarang mereka mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa lain. Mendirikan bukit pengorbanan tidak hanya menunjukkan penyembahan berhala, tetapi juga melambangkan pemberontakan terhadap perjanjian dengan Tuhan.

Pelajaran:

Hati-hati dengan pengaruh budaya atau kebiasaan dunia yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Jangan biarkan itu merusak iman kita atau membuat kita berpaling dari Tuhan.

2.b. Hosea 10:8

"Bukit-bukit pengorbanan Awen, dosa Israel, akan dimusnahkan; duri dan rumput akan tumbuh di atas mezbah-mezbah mereka. Maka mereka akan berkata kepada gunung-gunung: 'Timbunilah kami!' dan kepada bukit-bukit: 'Runtuhlah menimpa kami!'"

Renungan

Bukit-bukit pengorbanan ini adalah tempat di mana dosa-dosa Israel paling jelas terlihat. Hukuman Allah dinyatakan dengan penghancuran bukit-bukit tersebut, sebagai tanda bahwa segala sesuatu yang melawan Tuhan tidak akan bertahan.

Pelajaran:

Segala bentuk dosa yang tersembunyi atau terang-terangan harus dihancurkan. Jangan membangun "bukit dosa" dalam hidup kita yang mengundang murka Tuhan. Bertobatlah sebelum penghukuman datang.

3. Orang Yehuda

3.a. Yeremia 7:31

"Mereka mendirikan bukit pengorbanan Tofet di lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anak laki-laki dan perempuan mereka dalam api, sesuatu yang tidak Kuperintahkan dan yang tidak timbul dalam hati-Ku."

Renungan

Bukit pengorbanan Tofet menjadi simbol kegelapan hati manusia yang telah menyimpang jauh dari kehendak Allah. Bangsa Yehuda melakukan tindakan mengerikan dengan mempersembahkan anak-anak mereka sebagai korban, sesuatu yang sangat bertentangan dengan sifat Allah yang penuh kasih.

Pelajaran:

Kita dipanggil untuk menjaga kesucian dan kasih dalam hidup kita. Jangan biarkan ambisi, keserakahan, atau kesesatan membuat kita mengorbankan hal-hal yang berharga di hadapan Allah, seperti keluarga atau integritas.

3.b. 2 Tawarikh 28:25

"Di tiap-tiap kota Yehuda ia mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk membakar korban kepada allah-allah lain; dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah nenek moyangnya."

Renungan

Raja Ahaz mendirikan bukit-bukit pengorbanan di seluruh Yehuda, menunjukkan skala pemberontakan bangsa itu terhadap Allah. Tindakan ini tidak hanya menghancurkan hubungan mereka dengan Tuhan, tetapi juga membawa bangsa tersebut ke dalam penderitaan dan penghukuman.

Pelajaran:

Penyembahan sejati tidak bisa bercampur dengan hal-hal yang menjauhkan kita dari Tuhan. Prioritaskan hubungan kita dengan Tuhan di atas segalanya, dan jangan memberikan tempat kepad a "allah-allah" lain dalam hidup kita, seperti harta atau ambisi.

II. Orang yang Takut Akan Tuhan Tetapi Tidak Sepenuhnya Taat

1. Raja Asa

1 Raja-raja 15:14

"Sekalipun bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan, namun hati Asa tulus ikhlas kepada TUHAN seumur hidupnya."

1 Raja-raja 15:23b

Tetapi pada masa tuanya ia menderita sakit pada kedua kakinya. 

Renungan:

Raja Asa dikenal sebagai raja yang melakukan reformasi besar dalam penyembahan kepada Tuhan. Ia menyingkirkan berhala dan memerangi dosa di Yehuda. Namun, ia tidak sepenuhnya taat karena ia membiarkan bukit-bukit pengorbanan tetap ada. Ketidaktaatan ini menunjukkan bahwa ketaatan yang setengah hati tidak cukup bagi Tuhan.

Pelajaran:

Kita dapat melayani Tuhan dengan tulus, tetapi jika kita tidak sepenuhnya memusnahkan dosa atau kebiasaan buruk dalam hidup kita, hal itu dapat tetap menjadi penghalang antara kita dan Tuhan. Ketaatan total adalah yang Tuhan kehendaki.

2. Raja Yosafat

1 Raja-raja 22:43

"Ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya, dengan tidak menyimpang dari jalan itu, dan melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Hanya, bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan; rakyat masih mempersembahkan korban dan membakar korban di bukit-bukit itu."

2 Tawarikh 20:35

Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya.

Renungan:

Yosafat adalah raja yang hidup benar di hadapan Tuhan. Ia membawa banyak pembaruan dalam kerohanian dan pemerintahan Yehuda. Namun, kegagalannya untuk menghancurkan bukit-bukit pengorbanan menunjukkan bahwa reformasi rohani yang tidak menyeluruh masih membuat dosa bertahan di antara umat Tuhan.

Pelajaran:

Reformasi dalam hidup kita harus menyeluruh. Jangan biarkan hal-hal kecil yang tidak kita tangani hari ini menjadi dosa yang lebih besar di masa depan. Pergaulan dengan orang yang salah, juga dapat mempengaruhi keimanan kita.

3. Raja Amazia

2 Raja-raja 14:3-4

14:3 Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya bukan seperti Daud, bapa leluhurnya. Ia berbuat tepat seperti yang diperbuat Yoas, ayahnya. 14:4 Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. 

2 Raja-raja 14:17-19

14:17 Amazia bin Yoas, raja Yehuda, masih hidup lima belas tahun lamanya sesudah matinya Yoas bin Yoahas, raja Israel. 14:18 Selebihnya dari riwayat Amazia, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? 14:19 Di Yerusalem orang mengadakan persepakatan melawan dia, sebab itu larilah ia ke Lakhis. Tetapi mereka menyuruh mengejar dia ke Lakhis, lalu dibunuhlah dia di sana.

Renungan:

Raja Amazia memerintah dengan hati yang cukup tulus kepada Tuhan, tetapi ia tidak mengambil langkah tegas untuk memberantas penyembahan berhala di bukit-bukit pengorbanan. Kegagalan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang setengah hati dalam hal iman dapat mengakibatkan dosa terus menyebar.

Pelajaran:

Sebagai pemimpin dalam keluarga, komunitas, atau pekerjaan, kita dipanggil untuk memberikan teladan yang penuh kepada Tuhan. Jangan biarkan ketidaktegasan merusak dampak pelayanan kita.

4. Raja Azarya (Uzia)

2 Raja-raja 15:3-5

15:3 Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. 15:4 Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. 15:5 Maka TUHAN menimpakan tulah kepada raja, sehingga ia sakit kusta sampai hari kematiannya, dan tinggal dalam sebuah rumah pengasingan. Dan Yotam, anak raja, mengepalai istana dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu.

Renungan:

Azarya atau Uzia memerintah Yehuda dengan cukup baik dan membawa banyak keberhasilan bagi bangsa itu. Namun, kegagalannya untuk menghilangkan bukit-bukit pengorbanan menunjukkan bahwa dosa struktural di tengah masyarakat tetap dibiarkan, sehingga mengundang murka Tuhan. Matinya pun mengenaskan, sakit kusta dalam rumah pengasingan.

Pelajaran:

Tuhan mau kita tidak hanya berhasil dalam aspek-aspek duniawi, tetapi juga dalam hal ketaatan rohani. Jangan hanya fokus pada kesuksesan, tetapi juga pastikan bahwa hidup kita berkenan kepada Tuhan secara total. Keinginan daging menjadi penghalang keberhasilan kita menjaga kekudusan di hadapan TUHAN.

5. Raja Yotam

2 Raja-raja 15:35

15:34 Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Uzia, ayahnya. 15:35 Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Ia mendirikan Pintu Gerbang Tinggi di rumah TUHAN. 

Renungan:

Yotam adalah raja yang melayani Tuhan dengan benar, tetapi ia tetap tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, bahkan bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Ini menunjukkan bahwa bahkan tindakan baik yang dilakukan untuk Tuhan tidak bisa menggantikan ketaatan penuh pada perintah-Nya.

Pelajaran:

Ketika kita melayani Tuhan, kita harus melakukannya dengan taat sepenuhnya, bukan hanya sebagian. Kita harus menangani dosa-dosa atau kebiasaan buruk yang mungkin masih tertinggal dalam hidup kita.

Ketaatan yang setengah-setengah tetap menjadi dosa di hadapan Tuhan. Kita harus total dalam menaati firman-Nya.

III. Orang yang Takut Akan Tuhan dan Sepenuhnya Taat

Dalam Alkitab, kita menemukan beberapa raja yang sepenuhnya taat kepada TUHAN dengan menghancurkan bukit-bukit pengorbanan yang telah dibuat oleh raja-raja sebelumnya. Tindakan ini menunjukkan ketaatan penuh kepada Allah dan keberanian untuk melawan dosa. Berikut adalah kisah mereka beserta pelajaran yang dapat kita ambil:

1. Raja Hizkia

Hizkia adalah salah satu raja Yehuda yang dengan tegas menghancurkan bukit-bukit pengorbanan, tugu-tugu berhala, dan tiang-tiang berhala, bahkan menghancurkan ular tembaga yang telah dibuat Musa karena itu telah menjadi objek penyembahan berhala.

2 Raja-raja 18:4"Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, menghancurkan tugu-tugu berhala, dan menebang tiang-tiang berhala, juga meremukkan ular tembaga yang telah dibuat Musa, sebab sampai pada waktu itu orang Israel membakar ukupan baginya; orang menyebutnya Nehustan."

Akibat ketaatan Hizkia, Allah memberkatinya dan menjadikan dia berhasil dalam segala usahanya.

2 Raja-raja 18:7"Maka TUHAN menyertai dia; ke mana pun ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya."

Pelajaran: Ketaatan kepada Allah, termasuk dalam menghancurkan dosa, akan membawa keberhasilan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

2. Raja Yosia

Yosia menjadi raja pada usia muda, tetapi dia menunjukkan ketegasan yang luar biasa dalam menghancurkan segala bentuk penyembahan berhala yang ada di Israel, termasuk bukit-bukit pengorbanan.

2 Raja-raja 23:15"Juga mezbah yang di Betel, bukit pengorbanan yang dibuat oleh Yerobeam bin Nebat yang mengakibatkan orang Israel berdosa, mezbah itu pun dirobohkan dan bukit pengorbanan itu dibakar; ia menumbuknya menjadi abu, dan tiang berhala dibakarnya."

Yosia juga mengadakan pembaruan rohani di seluruh negeri. Karena kesetiaannya, Alkitab mencatat bahwa tidak ada raja seperti dia sebelumnya atau sesudahnya yang kembali kepada TUHAN dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatannya.

2 Raja-raja 23:25"Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya, dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala hukum Musa; dan sesudah dia tidak ada lagi yang seperti dia."

Pelajaran: Menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan tanpa kompromi membawa transformasi besar, baik dalam hidup pribadi maupun di lingkungan sekitar kita.

Dari kisah Raja Hizkia dan Raja Yosia, kita belajar bahwa ketaatan penuh kepada Allah berarti berani menghancurkan segala bentuk dosa dan penyembahan berhala, tidak peduli seberapa sulit atau melibatkan kebiasaan lama. Hidup yang berkenan kepada Allah membawa penyertaan-Nya, keberhasilan, dan berkat yang melimpah.

Di sisi lain, ada raja-raja yang, meskipun ayah mereka hidup dalam penyembahan berhala, memilih untuk takut akan Tuhan dan sepenuhnya menaati perintah-Nya. 

B. PENYEMBAHAN BERHALA DALAM KEHIDUPAN MODERN

Dalam Perjanjian Lama, "bukit-bukit pengorbanan" seringkali menjadi simbol pemberontakan terhadap Allah. Tempat-tempat ini digunakan untuk menyembah dewa-dewa palsu dan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap kesetiaan kepada TUHAN. Namun, apakah konsep berhala ini masih relevan dalam kehidupan modern? Dalam kajian ini, kita akan membahas bentuk-bentuk berhala zaman modern, kategorisasi, dan bagaimana mengatasinya berdasarkan firman Allah.

Berhala tidak selalu berupa patung atau benda fisik. Dalam kehidupan modern, berhala bisa berupa apa saja yang mengambil posisi Allah dalam hati manusia. 

Berikut adalah beberapa kategorisasi berhala zaman ini:

1. Berhala Materialisme

Materialisme adalah kecintaan berlebihan terhadap harta benda dan kekayaan. Banyak orang menghabiskan seluruh hidup mereka untuk mengejar uang, properti, atau barang mewah, sehingga menjadikan hal-hal ini sebagai pusat kehidupan mereka.

Matius 6:24 – "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

2. Berhala Ambisi dan Kekuasaan

Orang yang menjadikan karier, jabatan, atau kekuasaan sebagai tujuan utama hidupnya seringkali mengabaikan nilai-nilai rohani. Mereka bahkan rela mengorbankan hubungan dengan keluarga dan Allah demi ambisi pribadi.

Yeremia 17:5 – "Beginilah firman TUHAN: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN."

3. Berhala Hubungan

Kadang-kadang, orang bisa menjadikan pasangan, anak, atau teman sebagai berhala dengan mengutamakan mereka lebih daripada Allah. Cinta yang sehat haruslah selalu berpusat pada Allah.

Lukas 14:26 – "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku."

4. Berhala Hiburan

Di era digital, hiburan seperti media sosial, video game, dan acara televisi seringkali mengalihkan perhatian manusia dari hal-hal rohani. Seseorang bisa terikat pada Gadget, Smartphone, Tontonan TV, Games online dsb. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berdoa atau membaca Alkitab justru dihabiskan untuk hal-hal yang tidak membawa dampak kekal.

Efesus 5:16 – "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."

4. Berhala Perzinahan dan Percabulan

Perzinahan dan percabulan masa kini menjadi suatu hal yang tidak lagi sepenuhnya tabu. Pornografi dan pornoaksi sudah mudah ditemukan di mana-mana, baik secara fisik maupun virtual. Di era digital, hiburan seperti itu dimuat dalam media sosial, video game, dan acara televisi, yang seringkali mengalihkan perhatian manusia dari hal-hal rohani. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berdoa atau membaca Alkitab justru dihabiskan untuk hal-hal yang menjijikkan dan mengikat kepada kenajisan jasmani dan rohani.

Kolose 3:5 – "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,"

C. ALLAH BENCI TERHADAP PENYEMBAHAN BERHALA

Allah dengan tegas menyatakan kebencian-Nya terhadap berhala dalam firman-Nya. Berikut adalah beberapa ayat yang menggambarkan sikap Allah terhadap penyembahan berhala:

Keluaran 20:3-5 – "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu."

D. LEPASKAN DIRI KITA DARI BERHALA APAPUN

Alkitab memberikan panduan untuk menghindari dan melepaskan diri dari berhala. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:

1. Utamakan Tuhan di Atas Segala Hal

Menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan akan membantu kita menjauhkan diri dari segala bentuk berhala.

Matius 6:33 – "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

2. Renungkan Firman Tuhan

Firman Tuhan adalah pedoman yang akan menuntun kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Yosua 1:8 – "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."

3. Hindari Godaan Duniawi

Pilihlah untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang menjauhkan kita dari Allah.

Roma 12:2 – "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna."

Kesimpulan

Hari ini kita belajar bahwa hanya hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan yang membawa perkenanan-Nya. Dosa Akibat penyembahan berhala, baik Harfiah, maupun bentuk yang lain, jika dibiarkan akan menjadi penghalang antara kita dan Tuhan. Marilah kita berani menghancurkan segala bentuk dosa dan hidup sepenuhnya untuk Tuhan.

"Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala."

1 Yohanes 5:21  
Amin.

Komentar

Postingan Populer