06 November 2024

 05 November 2024



Penciptaan Hawa dan Pohon Kehidupan - Seri Kejatuhan manusia dalam dosa Part 2

Daftar isi:

Part 2

  1. Penciptaan Hawa
  2. Mengapa Allah menempatkan Pohon Kehidupan di tengah-tengah taman Eden dan tidak melarang untuk memakannya?

1. Penciptaan Hawa

Kejadian 2:16-25

2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 2:19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. 2:20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. 2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 2:23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." 2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 2:25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

Kejadian proses Penciptaan Perempuan:

1. TUHAN Allah melarang manusia makan buah pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan Jahat. 

Perempuan belum diciptakan pada waktu Allah melarang Adam memakan buah pohon itu. Jadi seharusnya Adam lah yang menyampaikan firman Allah kepada Hawa istrinya setelah ia diciptakan dari rusuknya. Hal ini kita ketahui dari Jawaban Hawa kepada Ular. Hawa mengatakan bahwa perkataan ular itu salah.

Kejadian 3:2-3

3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Kesalahan manusia hingga zaman sekarang adalah, terpancing untuk berbicara dengan iblis. Hawa jatuh berawal dari menjawab perkataan Ular itu. Ia licik sekali dengan memutarbalikkan fakta yang ada. Mekanisme otomatis manusia adalah membela kebenaran atau menyatakan fakta yang sesungguhnya, inilah yang dipakai iblis untuk memancing manusia menjawabnya. Respons manusia kepada iblis, menunjukkan bahwa fokus kita beralih dari Allah. Inilah saat yang baik bagi iblis untuk dapat memutarbalikkan paradigma manusia yang sudah diajarkan Allah.

Hingga zaman sekarang, kita mungkin sedang sendirian, sedang asyik dengan diri sendiri, dipancing membuka smartphone kita dan iblis memancing kita dengan notifikasi dari media sosial yang menarik perhatian kita, dari situlah kita digiring untuk menjelajahi internet dengan segala hal yang ada di dalamnya, bisa juga yang mengarahkan kita kepada dosa dan lain-lainnya. 

2. Setelah Allah berfirman melarang Adam memakan buah pohon pengetahuan

Allah melarang Adam memakan buah Pohon Pengetahuan tentang  baik dan jahat, dengan tujuan agar ia tidak mati. Adam memberitahu juga hal yang diterimanya dari Allah itu kepada Hawa Istrinya, persis seperti apa yang difirmankan-Nya. 

Iblis yang sudah mentargetkan kejatuhan manusia untuk dalam dosa, mengetahui kelemahan perempuan, yaitu di pendengaran. Betul? Perempuan sangat sensitif dengan apa yang didengarnya, jadi itulah yang dipakai iblis sebagai pintu masuk bagi serangannya kepada umat manusia. 

Adam juga sebagai pemimpin, tidak menolak ataupun menegor Hawa karena memetik buah Pohon Kehidupan itu. 

Ada makna di balik ini semua:

  • Perempuan, yang lemah dalam pendengarannya, artinya mudah tergoda oleh bujuk rayu untuk berbuat hal yang tidak benar, wajib menyadari kelemahannya tersebut. Keadaan ini bisa menjadi jerat bagi wanita yang tidak waspada.
  • Kewaspadaan tersebut wujudnya adalah dengan cara selalu mendekat kepada Allah, berdoa, memuji Tuhan, merenungkan firman dan selalu menguasai diri.

  • Bacalah firman Tuhan mengenai Perempuan: 1 Petrus 3:1-7 <-- klik di sini  

Firman Tuhan tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi kaum Laki-laki, harus menjaga keinginan hatinya dan harus menjadi imam bagi keluarganya. Meluruskan jalan yang tidak benar bagi anggota keluarganya.

Laki-laki, diingatkan untuk hidup dengan kelakuan yang bersih dan takut akan Tuhan.

  • 1 Korintus 16:13-14 "Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki dan tetap kuat! Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"

Ayat ini mengarahkan laki-laki untuk bersikap berani, berteguh dalam iman, dan kuat dalam menjalani hidup. Di dalam keberanian itu, mereka juga diingatkan untuk menjalankan segala sesuatu dalam kasih, yang mencerminkan kelakuan yang bersih dan penuh tanggung jawab di hadapan Tuhan.

  • 1 Raja-Raja 2:2-3 "Hampir aku akan menempuh jalan segala yang fana. Maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah sebagai laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kau lakukan dan dalam segala yang kau tuju."

Di sini, Raja Daud memberikan nasihat kepada putranya, Salomo, untuk menjadi laki-laki yang kuat dengan hidup sesuai jalan Tuhan dan menaati hukum-hukum-Nya. Ayat ini mendorong laki-laki untuk hidup dalam ketaatan dan ketekunan sebagai tanda keimanannya.

  • Efesus 5:25-28 "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya... Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri."

Ayat ini memberikan instruksi khusus kepada suami untuk menjaga kesucian dan kasih dalam pernikahan mereka. Kasih ini bukan hanya emosional, tetapi juga dalam tindakan nyata yang penuh pengorbanan. Laki-laki dipanggil untuk menjadi pelindung, pengasih, dan pengayom bagi keluarganya.

  • 1 Timotius 5:8 "Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman."

Dalam konteks ini, laki-laki, khususnya sebagai kepala keluarga, diingatkan akan tanggung jawabnya untuk menjaga keluarganya dengan baik. Ayat ini menegaskan pentingnya komitmen untuk memelihara, melindungi, dan menyediakan kebutuhan keluarga, yang merupakan tanda kelakuan yang bersih di hadapan Tuhan.

  • Amsal 27:17 "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."

Ayat ini mendorong laki-laki untuk menjaga hubungan yang baik dengan sesama laki-laki agar saling menguatkan dalam iman dan karakter. Melalui persahabatan yang sehat dan saling membangun, laki-laki dapat terus menjaga kelakuan mereka agar tetap lurus dan berintegritas di hadapan Tuhan.

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari:

  • Bersikap tangguh dalam iman: Dengan bertekun dalam doa dan firman, serta berani menjaga prinsip dalam segala situasi.
  • Memelihara keluarga: Bertanggung jawab dalam peran sebagai kepala keluarga, mencintai pasangan dan anak-anak dengan kasih dan keteladanan.
  • Membangun hubungan yang membangun: Memiliki hubungan dengan sesama yang menguatkan, saling mendukung dalam kebaikan dan integritas.
  • Menjadi pelayan dalam kasih: Bertindak dengan kasih dalam setiap tanggung jawab, baik di dalam keluarga maupun di luar.

Ayat-ayat ini memberikan panduan khusus untuk laki-laki agar menjadi teladan dalam kekuatan, kasih, tanggung jawab, dan kemurnian hidup di hadapan Tuhan.


VI. Mengapa Allah menempatkan Pohon Kehidupan di tengah-tengah taman Eden dan tidak melarang untuk memakannya? 

Kehendak Tuhan, adalah bahwa setiap manusia bisa hidup kekal di bumi ini, selalu dekat pada-Nya, bersekutu dengan-Nya setiap saat dan masa, hingga selama-lamanya. Maka dengan demikian, iblis tidak berkuasa atas manusia. 

Mengapa iblis ingin berkuasa atas manusia? Iblis dibuang ke dalam neraka karena dosanya. Ia menarik setiap malaikat, manusia dan mungkin makhluk lainnya ke dalam neraka juga, supaya melukai hati Tuhan. 

Jadi jika Adam dan Hawa sudah hidup kekal dengan memakan buah dari pohon kehidupan, maka praktis manusia akan hidup selamanya, tidak akan mungkin masuk ke dalam neraka, maka habislah harapan iblis untuk bisa menguasai manusia dan membawanya masuk ke neraka.

Mari kita lihat ayat terkait pohon kehidupan ini:

Kejadian 3:22 

"Berfirmanlah TUHAN Allah: 'Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.'"

Ayat ini difirmankan Allah setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, intinya adalah bahwa orang yang memakan buah pohon kehidupan pasti akan hidup untuk selama-selamanya. 

Berarti mari kita simulasikan, jika Adam memakan buah pohon Kehidupan dan tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan, maka ia akan mendapat hidup kekal, di mana maut tidak akan berkuasa lagi atasnya. Jika Adam memberikan buah itu juga kepada Hawa istrinya, maka mereka berdua adalah makhluk yang hidupnya kekal abadi selama-lamanya, seperti malaikat di Surga. Artinya, dosa tidak menguasai kehidupan manusia. Jika dosa tidak menguasai kehidupan manusia, maka tidak ada maut bagi manusia.

Perhatikan ayat berikut ini, jika dosa sudah masuk melalui Adam, maka semua orang akan berdosa seterusnya, karena ada dosa turunan/warisan:

Roma 5:12

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Jadi, jika manusia memilih memakan buah Pohon Kehidupan dan tidak memilih memakan buah Pohon Pengetahuan baik dan jahat, maka dapat diasumsikan inilah yang akan terjadi:

1. Penerimaan Hidup Kekal di Taman Eden

Jika Adam dan Hawa memakan buah Pohon Kehidupan, mereka akan memperoleh hidup kekal tanpa harus mengalami kematian fisik atau spiritual. Keadaan mereka akan tetap tidak berdosa, murni, dan berada dalam kedamaian serta keintiman dengan Tuhan. Hidup kekal ini, menurut teologi, berarti mereka akan selalu berada dalam hadirat Tuhan tanpa perlu mengatasi dosa atau konsekuensi moral yang datang dari pengetahuan baik dan jahat.

2. Manusia tetap memiliki kemuliaan Allah

Roma 3:23

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

Manusia pertama diciptakan sesuai dengan Gambar dan Rupa Allah, lengkap beserta kemuliaan Allah di dalam dirinya. Jika mereka tidak memakan buah Pohon Pengetahuan, mereka tidak akan memiliki pemahaman tentang hal yang baik dan jahat, artinya pikirannya tetap murni dan bersih. 

Kemuliaan Allah tetap bertahan di dalam dirinya. Artinya, dosa tidak akan punya tempat di dunia dan tidak akan pernah ada kondisi "kejatuhan manusia" yang biasa disebut dalam theologia Kristen. Adam dan Hawa akan tetap dalam ketaatan, dan keturunan mereka akan lahir tanpa dosa asal atau dosa warisan. Tanpa kejatuhan ini, dunia akan berbeda secara drastis dalam hal moralitas dan norma kesusilaan.

3. Hidup dalam Ketaatan dan Ketidaktahuan terhadap Dosa

Jika manusia pertama tidak mengalami kejatuhan, mereka akan hidup dalam ketaatan sempurna kepada Tuhan. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang baik dan jahat, sehingga tindakan mereka sepenuhnya tidak terpengaruh oleh dosa. 

Karena manusia tidak punya konsep tentang kejahatan, keburukan, penyimpangan, keburukan, maka manusia akan jauh daripada dosa. Jika tidak ada dosa di dalam kehidupan manusia, maka tidak akan ada konsekuensi manusia untuk dihukum ke dalam Neraka.

4. Tidak Ada Kematian dan Penyakit

Wahyu 22:2

Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa

Dalam konteks Kristen, dosa diyakini sebagai akar dari kematian dan penderitaan fisik. Dengan absennya dosa, tidak ada konsekuensi seperti kematian, penyakit, atau penderitaan. Pohon kehidupan itu adalah jawabannya. 

Manusia tidak akan mengalami kematian fisik, dan keturunan mereka pun tidak akan mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh dosa. Efek ini akan terlihat hingga kehidupan modern saat ini, di mana manusia akan hidup kekal di bumi tanpa adanya perpisahan akibat kematian.

5. Manusia yang Terus Beranak-Cucu dalam Kesempurnaan

Mazmur 103:17

Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu,

Tanpa dosa asal, setiap generasi manusia akan lahir dalam kondisi murni dan tidak berdosa. Ini berarti tidak ada kebutuhan akan keselamatan dari dosa atau pengorbanan untuk menebus manusia dari dosa. Dunia akan diisi oleh manusia yang secara fisik dan moral sempurna, hidup dalam hubungan harmonis dengan alam dan sesamanya. Kebudayaan manusia mungkin berkembang tanpa pengaruh kejahatan, konflik, atau perang, dan tanpa dorongan untuk merebut kekuasaan atau dominasi.

6. Tidak Perlu Adanya Penebusan atau Karya Kristus

1 Petrus 3:18

Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,

2 Korintus 5:15

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Dalam teologi Kristen, kejatuhan manusia menjadi dasar dari seluruh narasi keselamatan, di mana Yesus Kristus datang untuk menebus manusia dari dosa. Tanpa dosa, tidak ada kebutuhan untuk penebusan atau pengorbanan Yesus di kayu salib. Artinya, kehadiran Yesus sebagai Juru Selamat mungkin tidak diperlukan, karena umat manusia sudah berada dalam hubungan harmonis dengan Tuhan. Gereja, sakramen, dan doktrin-doktrin keselamatan juga mungkin tidak akan ada, karena mereka lahir dari kebutuhan untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

7. Peradaban dan Kehidupan Manusia Tanpa Konflik Moral

Wahyu 21:3-4

21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Dari firman Tuhan di atas, kita saksikan bahwa itulah rancangan Tuhan yang Ia inginkan sejak semula. 

Dengan tidak adanya dosa, peradaban manusia akan berkembang tanpa konflik moral, kejahatan, atau ketidakadilan. Semua manusia akan hidup dalam keadilan dan kebaikan yang sempurna, tanpa kecenderungan untuk berbuat jahat. Hukum, sistem peradilan, dan hukuman juga tidak akan diperlukan, karena semua orang akan hidup dalam harmoni sesuai dengan kehendak Tuhan. 

Pendidikan dan budaya manusia akan berkembang dalam pola yang murni, tanpa kebohongan, manipulasi, atau pengaruh negatif yang kita kenal dalam dunia yang sudah jatuh.

Umat Tuhan zaman sekarang ini, telah ditebus Kristus dan secara rohani dan jasmani kita sudah dijadikan manusia baru. Dengan diri kita sudah menjadi manusia baru, maka kita akan semakin lama semakin menjadi serupa gambar dan rupa Allah, hingga akhirnya kita akan disempurnakan oleh Kristus untuk bersama dengan Dia dalam kekekalan.

8. Hubungan Harmonis dengan Alam

Yesaya 11:6-8

11:6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 11:7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 11:8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.

Rancangan Tuhan yang semula, seperti dalam ayat di atas, adalah sangat indah dan murni. Manusia berdampingan dengan alam sekitarnya, tanpa perlu exploitasi. Hewan merupakan perhiasan Allah yang menjadikan hidup manusia sempurna.  

Menurut Kitab Kejadian, kejatuhan manusia membawa serta perubahan dalam alam. Kutukan terhadap tanah, rasa sakit dalam melahirkan, dan penderitaan adalah konsekuensi dari dosa. Jika tidak ada dosa, alam semesta akan tetap berada dalam keadaan sempurna. Hubungan antara manusia dan alam akan harmonis, tanpa eksploitasi atau kerusakan lingkungan. Tidak akan ada siklus pemangsa dan mangsa atau bencana alam yang merusak. Alam mungkin akan sepenuhnya ramah bagi manusia, dan manusia akan memanfaatkannya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.

9. Pertanyaan Mengenai Kehendak Bebas

Roma 7:13-25 <-- Klik untuk baca ayat ini

Ayat-ayat di atas, menjelaskan, bahwa manusia dikuasai daging karena dosa. Apa yang dikehendaki selalu menuju kepada dosa dan berakhir pada maut. Hanya oleh Kristus lah manusia bisa diselamatkan karena dosa. 

Namun, skenario ini membawa pertanyaan besar tentang kehendak bebas. Jika manusia hidup kekal tanpa pengetahuan tentang baik dan jahat, mereka akan hidup dalam kepatuhan tanpa pemahaman pilihan moral. Sebagian teolog mungkin berargumen bahwa ini bertentangan dengan makna dari kehendak bebas, di mana manusia diberi pilihan untuk taat atau memberontak. Skenario ini menunjukkan bahwa manusia hidup dalam keadaan di mana mereka tidak sepenuhnya menyadari alternatif atau konsekuensi dari perbuatan, sehingga bisa dikatakan manusia hidup dalam ketaatan yang tidak diuji.

10. Refleksi Akhir: Dunia Ideal yang Tanpa Dosa

Wahyu 21 <-- Klik di sini untuk membaca

Dari nubuatan Rasul Yohanes mengenai Yerusalem baru yang turun dari Sorga tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa itulah dunia yang Allah inginkan. Tidak ada lagi orang yang berkeinginan untuk dirinya sendiri, semua untuk memuliakan Tuhan semata. Tidak ada lagi air mata dan penderitaan. Semua bersukacita karena Allah tinggal hadir bersama-sama dengan manusia.

Secara keseluruhan, jika Adam dan Hawa memakan buah Pohon Kehidupan, dunia ini mungkin akan menjadi tempat yang sangat damai dan sempurna, dengan manusia yang hidup abadi dalam harmoni bersama Tuhan, sesama, dan alam. Dalam konteks ini, kisah penebusan dosa, penderitaan, dan kematian akan digantikan oleh cerita tentang kedamaian dan hubungan abadi dengan Tuhan yang tidak pernah ternoda oleh kejatuhan.

Skenario ini memberi perspektif tentang dunia yang tidak pernah mengenal dosa, tetapi di sisi lain, tidak memiliki kedalaman pengalaman akan kasih karunia atau keselamatan yang datang melalui pengorbanan dan pemahaman akan kebaikan dan kejahatan.

Kejadian 3:24 

"Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan." 

Dari selesainya Penciptaan Alam Semesta, terjadi berbagai peristiwa dan kejadian, di antaranya, yaitu kejatuhan manusia ke dalam dosa, yang berakibat manusia diusir dari Taman Eden. 

Dalam ayat di atas, Taman Eden tetap berada di tempatnya (mungkin hingga saat ini - tetapi bisa jadi tempat itu disembunyikan Allah dari pandangan manusia), tetapi manusia meninggalkannya, dengan tujuan agar tidak juga memakan buah dari Pohon Kehidupan. 

Mengapa tidak boleh manusia menyentuhnya, padahal awalnya Tuhan tidak melarang? 

Secara teologis, peristiwa dalam Kejadian 3:24 di atas, berkaitan dengan konsep ketaatan, keterbatasan manusia, dan konsekuensi dari dosa. Pohon Kehidupan adalah kunci dari kehidupan kekal bagi manusia waktu itu. 

Setelah Adam dan Hawa memakan buah dari Pohon Pengetahuan yang terlarang, mereka memperoleh kesadaran tentang baik dan jahat, dan mereka menjadi berdosa. Akibatnya, mereka terpaksa diusir Allah dari Taman Eden, sehingga akses ke Pohon Kehidupan tertutup. Mengapa demikian?

Dalam perspektif teologis, larangan Allah bagi Adam dan Hawa menyentuh Pohon Kehidupan dengan cara mengusir dari Taman Eden, adalah karena:

1. Perlindungan Allah terhadap manusia agar jangan hidup kekal dalam dosa

Jika manusia, dalam kondisi berdosa, memakan buah dari Pohon Kehidupan, mereka akan hidup selamanya dalam keadaan berdosa. Itu berarti sama dengan terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, Allah mencegah keabadian bagi manusia yang sudah terkontaminasi dosa. 

Pengusiran ini lebih merupakan tindakan kasih Allah, daripada suatu bentuk hukuman-Nya. Dengan demikian manusia masih berkesempatan untuk diperbaiki dan diselamatkan, bukan terjebak dalam kondisi dosa tanpa akhir.

2. Pengajaran tentang Ketergantungan pada Tuhan

Dengan adanya larangan ini, manusia diingatkan bahwa kehidupan sejati dan kekekalan datangnya hanya dari Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, wujudnya adalah bahwa kemandirian yang terputus dari Tuhan dapat menjerumuskan manusia ke dalam masalah. 

Contohnya, adalah bagaimana keserakahan dan ambisi yang tidak dibatasi oleh nilai etis atau iman seringkali membawa kehancuran, baik secara pribadi maupun sosial. 

Dalam perspektif Alkitab, manusia digambarkan sebagai makhluk yang bergantung pada Tuhan dalam segala aspek kehidupan, termasuk kekuatan, kebijaksanaan, dan tujuan hidup. Di luar Tuhan, manusia dianggap lemah dan mudah jatuh ke dalam kesalahan, kecemasan, dan kebingungan.

Berikut ini adalah firman Tuhan yang menekankan ketidakberdayaan manusia di luar Tuhan:

a. Yohanes 15:5

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Dalam ayat ini, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan pokok anggur untuk menjelaskan, bahwa tanpa hubungan dengan-Nya, manusia tidak dapat menghasilkan buah kehidupan yang sejati. Seperti ranting yang harus tertanam pada pokok Anggur untuk memperoleh nutrisi, manusia perlu terhubung dengan Tuhan untuk memperoleh kekuatan, hikmat, dan arah hidup.

b. Yeremia 10:23

“Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.”

Ayat ini menekankan, bahwa manusia tidak memiliki kontrol mutlak atas hidupnya. Ini menunjukkan bahwa manusia bergantung pada Tuhan untuk arahan dan perlindungan dalam kehidupannya.

c. Mazmur 127:1

“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”

Ayat ini menunjukkan bahwa tanpa Tuhan, segala usaha manusia akan berakhir sia-sia, bahkan dalam hal pekerjaan atau perlindungan. Tuhanlah yang memberikan hasil dan keamanan sejati dalam segala usaha manusia.

Refleksi dalam keseharian:

Banyak orang mencari kebahagiaan melalui karier, kekayaan, atau relasi. Namun, tanpa hubungan yang kuat dengan Tuhan atau tanpa landasan spiritual yang kokoh, kebahagiaan ini sering kali bersifat sementara dan tidak memuaskan. Seseorang yang kaya atau sukses, mungkin masih akan merasa kosong, jika tidak memiliki tujuan hidup yang lebih dalam. 

Contoh aplikasinya, adalah orang yang memiliki segalanya, namun merasa depresi atau tidak puas, karena mereka hanya mengejar kenikmatan dan kekayaan duniawi, sementara jiwanya kosong dan rohaninya kerdil.

Menghadapi Masalah Hidup:

Di saat menghadapi masalah besar seperti kehilangan, kegagalan, atau penyakit, orang yang tidak memiliki iman atau keyakinan sering kali merasa kehilangan arah dan tak berdaya. Kebergantungan pada Tuhan memberikan ketenangan dan kekuatan untuk melewati masa-masa sulit, karena ada keyakinan bahwa Tuhan memegang kendali. 

Contoh praktisnya adalah orang yang menghadapi diagnosis penyakit serius tetapi dapat merasa lebih tenang karena berserah kepada Tuhan.

Pengambilan Keputusan:

Dalam membuat keputusan penting, manusia sering menghadapi keterbatasan dalam memahami konsekuensi atau risiko. Orang yang beriman sering berdoa dan memohon bimbingan Tuhan dalam mengambil keputusan besar. Ini menunjukkan pengakuan akan keterbatasan manusia dan kepercayaan bahwa Tuhan lebih tahu apa yang terbaik. 

Contoh sehari-hari adalah seseorang yang mencari arahan Tuhan saat memilih pekerjaan atau pasangan hidup.

Kesabaran dalam Proses Hidup:

Banyak hal dalam hidup, seperti kesuksesan atau hubungan yang baik, membutuhkan waktu dan tidak dapat dicapai seketika. Orang yang percaya kepada Tuhan cenderung lebih bersabar, karena mereka memahami bahwa segala sesuatu terjadi sesuai waktu dan rencana Tuhan. Ini bisa terlihat dalam bagaimana seseorang menghadapi proses dalam bekerja, membangun keluarga, atau mencapai tujuan jangka panjang.

Dari sini dapat kita pelajari, bahwa ketergantungan pada Tuhan bukan berarti manusia menjadi pasif atau enak-enakan saja, melainkan menyadari sepenuhnya, bahwa segala keberhasilan, segala kebijaksanaan, dan seluruh kekuatannya, hanya datang dari Tuhan.

3. Penghargaan terhadap Ketaatan

Dalam konteks Alkitab, ketaatan menjadi jalan untuk kembali mendekatkan diri kepada Tuhan. Mengabaikan perintah Tuhan menyebabkan kehancuran, sementara ketaatan membawa pemulihan. Aplikasi praktis dari konsep ini adalah bagaimana prinsip ketaatan terhadap aturan dan nilai baik menghasilkan kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam disiplin diri, etika kerja, dan relasi antarindividu.

Aplikasi dalam Kehidupan Masa Kini:

  • Disiplin dan Kendali Diri: Sama seperti manusia dilarang mendekati Pohon Kehidupan, kita pun perlu mengenal batas dalam hidup kita. Misalnya, menahan diri dari tindakan yang mungkin memberi kenikmatan sementara tetapi dapat membahayakan kesehatan atau hubungan jangka panjang. Contoh sehari-hari adalah menjaga pola makan, menghindari perilaku impulsif, atau mengelola keuangan secara bijak.
  • Pembatasan Diri sebagai Bentuk Kasih: Larangan dalam Kejadian ini mirip dengan batasan yang kita terapkan untuk melindungi diri atau orang lain. Misalnya, orang tua membatasi anak dari bahaya tertentu bukan karena ingin menguasai tetapi karena ingin melindungi.
  • Membangun Hubungan dengan Tuhan dan Sesama: Seperti dalam Alkitab, di mana ketaatan kepada Tuhan membawa kedekatan dengan-Nya, di masa kini orang yang menaati aturan, menjaga kejujuran, dan melakukan tindakan-tindakan baik sering kali mengalami hubungan yang lebih harmonis dengan orang di sekitar mereka.

Melalui pembatasan, manusia diajari untuk menyadari bahwa tujuan hidup sejati bukan dalam kepuasan instan atau keabadian dalam dosa, melainkan dalam hubungan yang dipulihkan dengan Sang Pencipta dan menjalani hidup dengan kebajikan dan makna.

Demikianlah kisah penciptaan Hawa dan Pohon Kehidupan, telah dijelaskan dengan sebaik-baiknya, semoga menjadi berkat buat kita sekalian.

Tuhan Yesus Memberkati.

Amin.

0 comments:

Posting Komentar