21 November 2024
Mazmur 3:7-9 "Tetap beriman di kala terasa tiada harapan " - Seri Mazmur Part 6
Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, keseluruhan ayat Mazmur 3:1-22 mengajarkan kita tentang iman dan kepercayaan yang teguh kepada Tuhan, terutama ketika kita sedang berada dalam kesulitan yang tampak mengancam dari segala sisi.
Ini adalah mazmur dari Raja Daud ketika ia dikejar oleh anaknya sendiri, yaitu Absalom. Ketika ia terhimpit oleh masalah atau musuh, Mazmur ini ditulisnya untuk menceritakan, bahwa Tuhan Allahnya adalah tempat perlindungan yang kokoh dan sumber keselamatan sejati.
Mari kita perhatikan beberapa pokok penting dari Mazmur ini dan bagaimana setiap ayat dapat menjadi kekuatan bagi kita:
"Tetap beriman di kala terasa tiada harapan"
Mazmur 3:7-9 [TB]
3:7 Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.
3:8 Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik.
3:9 Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu!
Sela
Bapak/Ibu Saudara-saudara/i yang dikasihi Tuhan,
Hidup ini tidak selamanya mudah. Ada masa di mana kita merasa dikepung oleh masalah yang begitu besar, baik dalam pekerjaan, keluarga, kesehatan, maupun kehidupan rohani kita. Seolah-olah, segala sesuatu di sekitar kita runtuh dan tiada lagi harapan, sesungguhnya di saat-saat seperti itulah, iman kita diuji. Mazmur 3:7-9 di atas, memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana tetap percaya kepada Tuhan meskipun berada dalam situasi yang sulit.
1. Keadaan yang Menekan
Mazmur ini ditulis oleh Daud saat ia dikejar oleh Absalom, anaknya sendiri. Situasi ini adalah salah satu titik terendah dalam hidup Daud. Ia tidak hanya menghadapi ancaman dari musuh, tetapi juga pengkhianatan dari keluarganya. Daud menggambarkan dirinya dikepung oleh puluhan ribu musuh (Mazmur 3:7). Ini adalah simbol dari tekanan hidup yang luar biasa besar.
Dalam kehidupan kita, tekanan serupa dapat muncul dalam berbagai bentuk: masalah finansial, penyakit kronis, kehilangan orang yang dikasihi, atau bahkan rasa ditinggalkan oleh Tuhan. Namun, Mazmur ini menunjukkan bahwa meskipun Daud menghadapi bahaya besar, ia tidak membiarkan rasa takut menguasainya. Mengapa? Karena ia tahu kepada siapa ia harus berseru, fokusnya hanya kepada Tuhan Allahnya Yang Maha Kuasa.
2. Seruan kepada Tuhan
Daud tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, melainkan Tuhan. Di tengah kesesakannya, ia berseru, "Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku!" (Mazmur 3:8). Seruan ini adalah doa yang penuh iman. Daud percaya bahwa hanya Tuhan yang mampu membebaskannya dari musuh-musuhnya.
Saudara, ketika kita berada di tengah-tengah kesulitan, langkah awal yang harus kita ambil adalah menyerahkan semuanya kepada Tuhan dalam doa. Bisa jadi kita terbiasa mencari solusi duniawi atau bergantung pada kekuatan kita sendiri, tetapi Mazmur ini mengingatkan kita bahwa pertolongan sejati datangnya dari Tuhan semata. Seruan kita kepada-Nya adalah bukti nyata, kita masih beriman, meskipun harapan seperti tidak ada lagi.
3. Kuasa Tuhan atas Musuh
Daud mengakui Tuhan telah memukul rahang musuh-musuhnya dan mematahkan gigi orang-orang fasik (Mazmur 3:8). Ini adalah gambaran pengakuannya akan kemenangan Allah yang mutlak atas kejahatan. Musuh sama sekali tidak memiliki kuasa untuk mengalahkan umat-Nya, karena Tuhan sendiri yang berperang bagi mereka.
Ayat di atas adalah pembuktian bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam melihat umat-Nya dalam masalah. Ketika kita menghadapi serangan musuh rohani atau orang jahat, Tuhan adalah pembela kita yang bertindak dan tidak diam saja. Seperti tertulis dalam Roma 8:31, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?". Percayalah Ia berkuasa atas musuh yang mana pun di alam semesta ini, dan Ia membela kita.
4. Dari Tuhan Datang Pertolongan
Ayat terakhir dari Mazmur 3 ini menyatakan dengan tegas, "Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu!" (Mazmur 3:9). Ini adalah pengakuan bahwa hanya Tuhan yang menjadi sumber keselamatan kita. Ketika kita mengandalkan-Nya, kita akan menerima berkat-Nya, bahkan di tengah badai kehidupan.
Pertolongan Tuhan tidak selalu datang sesuai dengan waktu dan cara yang kita harapkan, tetapi yakinlah bahwa Tuhan bekerja dengan sesuai saatnya, dan Ia tidak pernah datang terlambat.
Dalam Yesaya 40:31, Tuhan berfirman, "Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Allah kita memperhatikan orang yang berharap kepada-Nya, mereka akan dibawa terbang naik dengan kekuatan rajawali, melintasi segala masalah dalam hidupnya, menuju suatu kemuliaan baru dari Allah.
5. Tetap Beriman dalam Segala Keadaan
Terkadang Tuhan Allah kita, mengizinkan man kita diuji melalui berbagai pencobaan. Tujuannya adalah menjadikan kita kuat berjalan dalam segala situasi dan kondisi. Kita dididik untuk berperang, bukan bermalas-malasan dan berpangku tangan. Allah berkehendak bahwa kita memiliki iman yang sejati, yang tidak goyah diterpa angin badai yang datang menghantam. Iman bukanlah sekadar percaya saat segala sesuatu berjalan baik, tetapi tetap teguh ketika harapan tampak hilang.
Daud memberikan teladan bagi kita, bagaimana ia tetap beriman dalam keadaan terpuruk. Ia mengajarkan pada kita, bahwa ia tidak membiarkan rasa takut menguasai hatinya, melainkan terus memandang Tuhan dan berharap pada-Nya. Kita juga diajak untuk memiliki iman yang sama. Seperti yang dikatakan dalam Ibrani 11:1, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
Kesimpulan
Mazmur 3 mengajarkan kita bahwa di tengah situasi yang tampak mustahil, kita harus tetap beriman kepada Tuhan. Dari kisah Daud, kita belajar bahwa:
- Segala kesulitan hidup, hanya bisa diselesaikan dengan duduk bersimpuh di hadirat Allah dan berseru memohon pertolongan-Nya.
- Pertolongan sejati hanya datang dari Tuhan, bukan dari yang lain.
- Tidak ada tekanan hidup yang terlalu besar, yang Tuhan tidak bisa atasi.
- Tuhan memiliki kuasa di atas segala musuh dan Ia pasti akan memberikan kemenangan kepada kita.
Berikut adalah kisah kehidupan tokoh terkenal di dunia, yang mengalami kesusahan hidup, namun bisa survive dan berhasil:
1. Thomas Edison - Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
Thomas Edison, penemu bola lampu, adalah contoh luar biasa bagaimana seseorang tetap bertahan meskipun menghadapi kegagalan berkali-kali. Ia dikabarkan mengalami lebih dari 1.000 kegagalan sebelum akhirnya berhasil menciptakan bola lampu yang berfungsi dengan baik. Ketika ditanya tentang kegagalannya, Edison berkata, "Saya tidak gagal 1.000 kali. Saya hanya menemukan 1.000 cara yang tidak berhasil."
Kisah ini mengajarkan kita bahwa di tengah kegelapan sekalipun, kita harus terus berusaha dan percaya bahwa Tuhan dapat memberi terobosan. Seperti Edison yang tetap berusaha, kita pun harus tetap beriman kepada Tuhan, yang adalah sumber terang kita.
2. Nick Vujicic - Hidup Tanpa Batas
Nick Vujicic adalah seorang motivator Kristen yang lahir tanpa tangan dan kaki. Selama masa kecilnya, ia sering merasa putus asa dan tidak berguna. Namun, titik balik terjadi ketika ia mulai percaya bahwa Tuhan memiliki rencana besar dalam hidupnya. Dengan tekad dan iman yang kuat, Nick kini telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia melalui ceramahnya.
Nick berkata, "Ketika Anda tidak mendapatkan mukjizat yang Anda harapkan, jadilah mukjizat bagi orang lain." Ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita merasa tidak memiliki harapan, Tuhan dapat memakai hidup kita untuk menjadi berkat bagi banyak orang.
3. Nelson Mandela - Ketabahan dalam Penjara
Nelson Mandela dipenjara selama 27 tahun karena memperjuangkan keadilan dan melawan diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Selama masa penahanannya, ia menghadapi penderitaan yang luar biasa, tetapi ia tidak kehilangan harapan. Mandela menggunakan waktu di penjara untuk merenung, belajar, dan memperkuat tekadnya untuk membangun negara yang damai dan adil.
Setelah dibebaskan, Mandela memimpin Afrika Selatan menuju rekonsiliasi dan persatuan. Kisahnya menunjukkan bahwa Tuhan dapat memakai penderitaan kita untuk membawa dampak besar bagi orang lain. Meskipun terasa tiada harapan, tetaplah percaya bahwa Tuhan bekerja dalam segala situasi.
4. Corrie ten Boom - Pengampunan di Tengah Penderitaan
Corrie ten Boom adalah seorang wanita Kristen Belanda yang ditangkap dan dipenjara oleh Nazi karena menyembunyikan orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II. Di kamp konsentrasi, ia kehilangan ayah dan saudara perempuannya. Namun, setelah perang, ia bersaksi bahwa Tuhan memberinya kekuatan untuk mengampuni orang-orang yang telah menyiksanya.
Corrie berkata, "Pengampunan adalah tindakan kehendak, dan kehendak itu dapat berfungsi terlepas dari suhu hati." Kisah ini mengajarkan bahwa dengan iman kepada Tuhan, kita dapat melampaui luka dan penderitaan kita, bahkan menjadi agen kasih dan pengampunan.
Semoga ilustrasi-ilustrasi ini dapat memperkuat khotbah Anda dan menginspirasi jemaat untuk tetap beriman kepada Tuhan di tengah segala kesulitan.
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!
Mazmur 31:24
Amin.
0 comments:
Posting Komentar