06 November 2024

30 Oktober 2024




Kehendak Bebas - Seri Kejatuhan manusia dalam dosa Part 1

Daftar isi:

Part 1

  1. Pendahuluan
  2. Penciptaan Taman Eden
  3. Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat
  4. Larangan Allah dan Kehendak Bebas
Part 2
  1. Penciptaan Hawa
  2. Mengapa Allah menempatkan Pohon Kehidupan di tengah-tengah taman Eden dan tidak melarang untuk memakannya?
Part 3
  1. Godaan dari Ular dan Pelanggaran Larangan Tuhan
  2. Dampak dari Dosa dan Keterbukaan Mata Manusia
  3. Hukuman Tuhan bagi Adam, Hawa, dan Ular
  4. Pengusiran dari Taman Eden
  5. Makna Teologis dari Kejatuhan

I. Pendahuluan

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Sejarah kejatuhan manusia dalam dosa.

Tuhan Yesus memberkati. 

II. Penciptaan Taman Eden 

Penciptaan Taman Eden sudah dibahas dalam Penciptaan Allah Hari ke-6 - Taman Eden - Seri Penciptaan Part 11. Silakan klik Link terkait untuk membaca renungan singkat mengenai kisah tersebut.

III. Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat

Di dalam Taman Eden, Tuhan Allah menumbuhkan dua pohon yang sangat penting: pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kejadian 2:9). Pohon kehidupan melambangkan kehidupan kekal, sedangkan pohon pengetahuan baik dan jahat melambangkan kemampuan untuk memahami dan memutuskan moralitas – suatu pengetahuan yang seharusnya hanya dimiliki oleh Allah.

Tuhan Allah memberikan perintah khusus kepada Adam, dengan melarangnya memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Dia memperingatkan, "pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kejadian 2:16-17). Perintah ini adalah bentuk ujian ketaatan dan kepercayaan Adam kepada Tuhan, karena Adam bebas menikmati seluruh pohon di taman, kecuali satu.

Kejadian 2:9

Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; 
dan 
pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta 
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Dalam Bahasa Ibrani:

Bereshit 2:9

טוַיַּצְמַ֞ח יְהֹוָ֤ה אֱלֹהִים֙ מִן־הָ֣אֲדָמָ֔ה כָּל־עֵ֛ץ נֶחְמָ֥ד לְמַרְאֶ֖ה וְט֣וֹב לְמַֽאֲכָ֑ל וְעֵ֤ץ הַֽחַיִּים֙ בְּת֣וֹךְ הַגָּ֔ן וְעֵ֕ץ הַדַּ֖עַת ט֥וֹב וָרָֽע: 

Transliterasi:

Vayyatzmach Adonai Elohim min-ha'adamah kol-etz nechmad lemar'eh vetov lema'achal ve'etz hachayim betoch haggan ve'etz hada'at tov vara.

Terjemahan Bahasa Indonesia:

Tuhan Allah menumbuhkan dari tanah segala pohon yang indah dipandang dan baik untuk dimakan, serta pohon kehidupan di tengah taman, dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk.

Dalam teks ini, frasa “בְּתוֹךְ הַגָּן” (betoch haggan, “di tengah-tengah taman”) secara tata bahasa lebih terikat langsung dengan "עֵץ הַחַיִּים" (et haḥayyim, “pohon kehidupan”). Frasa tersebut menunjukkan bahwa pohon kehidupan memang ditempatkan di tengah-tengah taman. Tidak ada penegasan langsung dalam teks bahwa "pohon pengetahuan" juga ditempatkan di tengah-tengah taman.

Jadi, secara tata bahasa, memang lebih tepat jika dikatakan bahwa hanya pohon kehidupan yang ditempatkan di tengah-tengah taman, sementara pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat disebutkan tanpa lokasi spesifik.

Pohon Kehidupan ditempatkan TUHAN di tengah taman, agar dengan mudah terlihat dan manusia cenderung mengambil buahnya, sehingga bisa mendapatkan kehidupan yang kekal bersama-Nya. Jadi buah pohon kehidupan itu memungkinkan manusia yang memakannya bisa hidup untuk selama-lamanya. 

IV. Larangan Allah dan Kehendak Bebas 

Amsal 16:9

Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.

Jika kita renungkan, mengapa Tuhan menempatkan kedua pohon itu di tengah-tengah taman Eden itu, jika yang satu berharga dan yang satu lagi berbahaya? 

Keadaan manusia saat itu: 

  • Manusia awalnya polos dan tidak punya pengetahuan tentang keburukan atau kejahatan. Semua pikirannya hanya mengacu pada perkataan TUHAN Allahnya saja. Firman Allah saja yang menjadi sumber pengetahuannya, tidak ada yang lain. 
  • TUHAN Allah tidak pernah menciptakan manusia itu seperti robot yang tidak bisa memilih, melainkan Ia memberikan free will yaitu Kehendak Bebas, 
  • Kemudian Allah menempatkan pohon Kehidupan di tengah-tengah taman itu dengan menginginkan manusia akan memilih untuk makan buah dari pohon kehidupan, agar semakin memiliki kemiripan dengan-Nya, serta bisa hidup dalam kekekalan selamanya.
  • Manusia yang polos dan tanpa dosa itu, awalnya memiliki sifat yang murni dan tidak bercacat cela, sehingga dengan demikian tidak ada pengertian sama sekali tentang dosa atau pelanggaran terhadap firman Allah. Kondisi ini diketahui oleh Iblis dan menjadikan peluang baginya untuk  membohongi manusia agar berdosa.

Konsep kehendak bebas atau free will dalam Alkitab memang dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa manusia diberi kebebasan untuk membuat keputusan, termasuk pilihan moral dan spiritual. Salah satu ayat kunci dalam pembahasan ini adalah Kejadian 2:16-17, yang menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk makan dari berbagai pohon di taman, tetapi memperingatkan mereka agar tidak makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Berikut ayatnya dalam bahasa asli (Ibrani):

וַיְצַו יְהוָה אֱלֹהִים עַל־הָאָדָם לֵאמֹר מִכֹּל עֵץ־הַגָּן אָכֹל תֹּאכֵל׃
וּמֵעֵץ הַדַּעַת טוֹב וָרָע לֹא תֹאכַל מִמֶּנּוּ כִּי בְּיוֹם אֲכָלְךָ מִמֶּנּוּ מוֹת תָּמוּת׃

Transliterasi:

"Vayetzav Adonai Elohim al-ha’adam lemor mikol etz-hagan akhol tokhel; u’me’etz ha’da’at tov va’ra lo tokhal mimenu ki b’yom akholkha mimenu mot tamut." 

Terjemahan:

“Dan TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: 

‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’” (Kejadian 2:16-17)

Dalam ayat ini, Allah memberi Adam kebebasan untuk memilih antara ketaatan dan ketidaktaatan. Dengan memberikan perintah serta konsekuensi, Allah mengarahkan manusia pada pilihan moral yang menjadi dasar konsep kehendak bebas.

Kehendak Bebas dan Hubungan dengan Pohon Kehidupan

Dalam konteks Kejadian, keberadaan pohon kehidupan menunjukkan bahwa Allah memberi manusia pilihan untuk hidup selamanya dalam hubungan dengan-Nya atau memutuskan hubungan itu melalui ketidaktaatan. Pilihan untuk makan dari pohon kehidupan atau pohon pengetahuan melambangkan dua jalan hidup: kehidupan kekal dalam ketaatan atau kematian sebagai akibat dari dosa. Allah memberikan kebebasan itu kepada manusia, dan dengan memberikan perintah, Dia memungkinkan manusia untuk memilih kehidupan atau kematian (Ulangan 30:19).

Jadi, dalam pandangan teologis Kristen, pilihan Adam dan Hawa di Taman Eden menjadi dasar bagi konsep kehendak bebas dalam pemahaman moral dan spiritual, di mana manusia dapat memilih untuk taat kepada Allah atau berbalik dari-Nya.

Konsep kehendak bebas atau free will dalam Alkitab memang dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa manusia diberi kebebasan untuk membuat keputusan, termasuk pilihan moral dan spiritual. Salah satu ayat kunci dalam pembahasan ini adalah Kejadian 2:16-17, yang menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk makan dari berbagai pohon di taman, tetapi memperingatkan mereka agar tidak makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Berikut ayatnya dalam bahasa asli (Ibrani):

וַיְצַו יְהוָה אֱלֹהִים עַל־הָאָדָם לֵאמֹר מִכֹּל עֵץ־הַגָּן אָכֹל תֹּאכֵל׃
וּמֵעֵץ הַדַּעַת טוֹב וָרָע לֹא תֹאכַל מִמֶּנּוּ כִּי בְּיוֹם אֲכָלְךָ מִמֶּנּוּ מוֹת תָּמוּת׃

Transliterasi dan terjemahan:

"Vayetzav Adonai Elohim al-ha’adam lemor mikol etz-hagan akhol tokhel; u’me’etz ha’da’at tov va’ra lo tokhal mimenu ki b’yom akholkha mimenu mot tamut."

“Dan TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’” (Kejadian 2:16-17)

Dalam ayat ini, Allah memberi Adam kebebasan untuk memilih antara ketaatan dan ketidaktaatan. Dengan memberikan perintah serta konsekuensi, Allah mengarahkan manusia pada pilihan moral yang menjadi dasar konsep kehendak bebas.

Teologi tentang Kehendak Bebas dalam Penciptaan 

Dalam teologi Kristen, konsep kehendak bebas manusia terkait erat dengan penciptaan menurut gambar dan rupa Allah (imago Dei), sebagaimana disebutkan dalam Kejadian 1:26-27. Kebebasan memilih adalah bagian dari hakikat manusia yang memungkinkan mereka untuk mencerminkan sifat Allah dalam moralitas, akal budi, dan kebebasan. 

Berikut beberapa teori teologi yang menafsirkan kehendak bebas ini: 

1. Teori Compatibilism atau Kehendak Bebas yang Sejalan dengan Kedaulatan Allah 

Menurut pandangan ini, kehendak bebas manusia tidak bertentangan dengan kedaulatan Allah, tetapi ada dalam keharmonisan. Compatibilism berpendapat bahwa manusia memang memiliki kehendak bebas, tetapi pilihan mereka terjadi dalam lingkup rencana dan pengetahuan Allah yang maha kuasa. 

Dalam kasus Adam dan Hawa, mereka diberi kebebasan untuk memilih makan atau tidak makan buah dari pohon pengetahuan, tetapi keputusan ini juga berada dalam rencana Allah yang lebih besar. Ayat yang mendukung ide ini bisa dilihat di Amsal 16:9: "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya." 

2. Teori Libertarian Free Will atau Kehendak Bebas yang Murni 

Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki kehendak bebas secara absolut tanpa pengaruh langsung dari kedaulatan Allah dalam pilihan moralnya. Adam dan Hawa bisa secara bebas memilih untuk menaati atau melanggar perintah Allah tanpa pengaruh dari Allah. 

Menurut pandangan ini, tindakan mereka benar-benar didasarkan pada kehendak bebas, yang berarti bahwa dosa asal adalah pilihan bebas tanpa campur tangan Allah. Beberapa teolog yang mendukung pandangan ini menyebutkan bahwa kehendak bebas adalah syarat esensial agar kasih manusia terhadap Allah menjadi tulus dan tidak terpaksa. 

3. Augustinian Free Will atau Kehendak Bebas Pasca-Kejatuhan 

Santo Agustinus mengembangkan teori yang menyatakan bahwa manusia pada awalnya diciptakan dengan kebebasan sempurna untuk memilih. Setelah kejatuhan, kehendak manusia menjadi rusak karena dosa, sehingga kemampuan untuk memilih yang baik menjadi terbatas tanpa anugerah Allah. Agustinus berpendapat bahwa kehendak bebas tetap ada setelah kejatuhan, tetapi kehendak tersebut sekarang diperbudak oleh dosa (liberum arbitrium captivatum), yang membuat manusia cenderung memilih dosa kecuali jika dibantu oleh anugerah Allah. 

Kehendak Bebas dan Hubungan dengan Pohon Kehidupan Dalam konteks Kejadian, keberadaan pohon kehidupan menunjukkan bahwa Allah memberi manusia pilihan untuk hidup selamanya dalam hubungan dengan-Nya atau memutuskan hubungan itu melalui ketidaktaatan. Pilihan untuk makan dari pohon kehidupan atau pohon pengetahuan melambangkan dua jalan hidup: kehidupan kekal dalam ketaatan atau kematian sebagai akibat dari dosa. Allah memberikan kebebasan itu kepada manusia, dan dengan memberikan perintah, Dia memungkinkan manusia untuk memilih kehidupan atau kematian (Ulangan 30:19). 

Jadi, dalam pandangan teologis Kristen, pilihan Adam dan Hawa di Taman Eden menjadi dasar bagi konsep kehendak bebas dalam pemahaman moral dan spiritual, di mana manusia dapat memilih untuk taat kepada Allah atau berbalik dari-Nya. 

Berlanjut ke Part 2

Demikianlah firman Tuhan. Semoga menjadi berkat buat kita sekalian.

Amin.

0 comments:

Posting Komentar