22 Oktober 2024
Penciptaan Allah Hari ke-6 (bagian ke dua) - Penciptaan Manusia - Seri Penciptaan Part 8
Kejadian 1:26-28
Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Perhatikan bagian firman TUHAN di atas:
I. Manusia diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah
Bereshit 1:26-28
Transliterasi:
"Vayomer Elohim:
Na'aseh adam b'tzalmenu kidmutenu v'yirdu bidgat hayam uv'of hashamayim uvabehemah uv'khol ha'aretz uv'khol haremes haromes al ha'aretz."
Terjemahan kata per kata:
אֱלֹהִ֔ים (Elohim): Allah (God)
נַֽעֲשֶׂ֥ה (Na'aseh): Marilah kita membuat (let us make)
אָדָ֛ם (Adam): Manusia (man/human)
בְּצַלְמֵ֖נוּ (b'tzalmenu): Menurut gambar Kami (in Our image)
כִּדְמוּתֵ֑נוּ (kidmutenu): Menurut rupa Kami (in Our likeness)
וְיִרְדּוּ֩ (v'yirdu): Dan mereka berkuasa (and they shall rule)
בִדְגַ֨ת (bidgat): Atas ikan-ikan (over the fish)
הַיָּ֜ם (hayam): Di laut (of the sea)
וּבְע֣וֹף (uv'of): Dan burung-burung (and over the birds)
הַשָּׁמַ֗יִם (hashamayim): Di langit (of the heavens)
וּבַבְּהֵמָה֙ (uvabehemah): Dan atas ternak (and over the cattle)
וּבְכָל־הָאָ֔רֶץ (uv'khol ha'aretz): Dan seluruh bumi (and over all the earth)
וּבְכָל־הָרֶ֖מֶשׂ (uv'khol haremes): Dan semua yang melata (and over every creeping thing)
הָֽרֹמֵ֥שׂ (haromes): Yang merayap (that creeps)
עַל־הָאָֽרֶץ (al ha'aretz): Di bumi (on the earth).
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:
"Dan Allah berfirman:
'Marilah Kita membuat manusia menurut gambar dan rupa Kami, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burung di langit, ternak, dan seluruh bumi, serta semua yang merayap di bumi.'"
Frasa "בְּצַלְמֵ֖נוּ כִּדְמוּתֵ֑נוּ" (b'tzalmenu kidmutenu) yang berarti "menurut gambar dan rupa Kami" dari Kejadian 1:26 memiliki makna yang mendalam dalam ajaran Kristen.
1. Gambar/Image ("בְּצַלְם" - b'tzelem):
Kata "b'tzelem" berarti "gambar/image". Dalam teologi Kristen, ini dipahami sebagai manusia diciptakan dalam gambar Allah (Imago Dei). Ini mencakup beberapa hal penting:
- Cerminan sifat rohani: Diciptakan dalam gambar Allah berarti manusia mencerminkan sifat-sifat Allah, seperti akal, moralitas, kreativitas, dan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
- Kesamaan moral: Manusia memiliki kemampuan untuk memahami baik dan buruk, serta membuat keputusan moral, yang mencerminkan kekudusan dan keadilan Allah.
- Sifat relasional: Karena Allah bersifat Trinitas (Bapa, Anak, dan Roh Kudus), manusia juga diciptakan untuk memiliki hubungan — baik dengan Allah maupun dengan sesama, menekankan cinta, komunitas, dan saling ketergantungan.
2. Rupa/Likeness ("כִּדְמוּת" - kidmut):
Kata "kidmut" berarti "rupa" dan melengkapi gagasan tentang gambar. Jika "gambar" lebih fokus pada mencerminkan sifat-sifat Allah, "rupa" menekankan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi serupa dengan Allah dalam karakter.
- Pertumbuhan rohani: Dalam pandangan Kristen, diciptakan menurut rupa Allah berarti manusia tidak hanya memiliki potensi ilahi, tetapi juga dipanggil untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani, kebenaran, dan kekudusan.
- Proses pengudusan: Umat Kristen percaya bahwa menjadi serupa dengan Allah adalah proses yang berlanjut sepanjang hidup, di mana manusia menjadi semakin menyerupai Kristus dalam sikap dan tindakan mereka.
3. Keberdosaan dan Pemulihan:
- Keberdosaan: Dalam ajaran Kristen, setelah Adam dan Hawa berdosa (Kejadian 3), keserupaan manusia dengan Allah menjadi rusak, meskipun gambar Allah tetap ada. Manusia masih memiliki gambar Allah, tetapi dosa merusak keserupaan moral dan relasional dengan Allah.
- Pemulihan melalui Kristus: Umat Kristen percaya bahwa Yesus Kristus, sebagai "gambar sempurna dari Allah yang tidak kelihatan" (Kolose 1:15), datang untuk memulihkan keserupaan Allah dalam diri manusia. Melalui iman kepada Kristus dan pekerjaan Roh Kudus, orang percaya secara bertahap dipulihkan untuk mencerminkan gambar dan rupa Allah yang lebih sempurna (2 Korintus 3:18).
4. Cerminan Trinitas:
Penggunaan kata “Kami” dalam frasa "menurut gambar dan rupa Kami" sering dipahami oleh umat Kristen sebagai merujuk pada konsep Trinitas (Bapa, Anak, dan Roh Kudus). Ini mencerminkan sifat Allah yang bersifat komunitas dan relasional. Oleh karena itu, manusia yang diciptakan menurut gambar Allah juga merupakan makhluk yang diciptakan untuk berhubungan dengan Allah dan sesamanya.
Ringkasan:
Dalam teologi Kristen, "בְּצַלְמֵ֖נוּ כִּדְמוּתֵ֑נוּ" (menurut gambar dan rupa Kami) menandakan bahwa manusia diciptakan untuk mencerminkan karakter dan sifat-sifat Allah. Gambar Allah memberi manusia martabat, akal, dan kesadaran moral. Rupa Allah menunjukkan panggilan untuk bertumbuh dalam kekudusan dan menjadi semakin serupa dengan Kristus. Melalui Yesus, umat Kristen percaya bahwa mereka sedang dipulihkan untuk mencapai tujuan penciptaan mereka, yaitu mencerminkan gambar dan rupa Allah sepenuhnya.
II. Manusia diberi kuasa atas Ular
Kata "וּבְכָל־הָרֶ֖מֶשׂ" (uv'khol haremes) dalam Kejadian 1:26 berarti "dan segala yang melata" atau "semua binatang yang merayap." Ini mencakup makhluk-makhluk seperti ular, serangga, dan hewan-hewan lain yang bergerak di tanah.
Dalam teologi Kristen, kaitan antara istilah ini dan ular yang muncul dalam Kejadian 3 sangat penting untuk memahami hubungan antara penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, dan rencana keselamatan.
1. Penciptaan: Manusia Berkuasa atas Semua yang Melata
Dalam Kejadian 1:26, Allah memberikan manusia otoritas atas semua makhluk, termasuk "haremes" atau binatang melata. Ini menunjukkan bahwa manusia pada awalnya memiliki dominasi dan kendali yang baik atas semua ciptaan, termasuk ular sebagai salah satu binatang melata. Dengan otoritas ini, manusia diharapkan untuk memelihara dan mengelola ciptaan sesuai dengan kehendak Allah.
2. Kejadian 3: Ular sebagai Simbol Dosa dan Pemberontakan
Dalam Kejadian 3, ular disebut sebagai alat dari Iblis untuk menipu Hawa dan membawa manusia ke dalam dosa. Ular, yang termasuk dalam kategori binatang melata (haremes), digunakan untuk menentang Allah. Dalam konteks ini, ular menjadi simbol ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap otoritas Allah. Meskipun manusia diberi kekuasaan atas semua yang melata, termasuk ular, Iblis melalui ular berhasil membujuk manusia untuk tidak mematuhi perintah Tuhan.
3. Simbolisme Ular dalam Kekristenan
Ular dalam Kejadian 3 sering ditafsirkan dalam Kekristenan sebagai simbol Iblis atau Setan, yang menggoda manusia untuk berdosa. Ini bukan hanya tentang seekor binatang literal, tetapi juga tentang kekuatan spiritual yang berusaha menghancurkan hubungan manusia dengan Allah. Meskipun manusia memiliki otoritas atas ciptaan, Kejatuhan di Taman Eden menunjukkan bagaimana dosa memasuki dunia dan mengubah hubungan manusia dengan seluruh ciptaan, termasuk binatang-binatang yang melata.
4. Pemulihan Otoritas Melalui Kristus
Dalam teologi Kristen, Kristus datang untuk memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan ciptaan, termasuk kekuasaan atas semua binatang melata. Dalam Injil, Yesus Kristus sering digambarkan sebagai mengalahkan kekuatan dosa dan Iblis, yang dalam simbolisme Kejadian 3, digambarkan sebagai ular. Kemenangan Yesus atas dosa di kayu salib dan kebangkitan-Nya mengembalikan otoritas yang hilang dalam Kejatuhan manusia.
Kejadian 3:15, yang disebut Protoevangelium atau Injil pertama, mencatat nubuat bahwa keturunan perempuan akan "meremukkan kepala" ular. Ini dianggap sebagai janji tentang Mesias (Kristus) yang akan mengalahkan Setan. Di sini, binatang melata yang digunakan oleh Iblis (ular) menjadi simbol dari kekuatan kejahatan yang pada akhirnya akan dihancurkan oleh Yesus.
5. Kesimpulan Teologis
Kata "וּבְכָל־הָרֶ֖מֶשׂ" dalam konteks Kekristenan tidak hanya merujuk pada binatang literal yang melata, tetapi juga mengandung simbolisme spiritual yang mendalam. Ular dalam Kejadian 3 menjadi contoh bagaimana dosa memasuki dunia melalui tipu daya, dan bagaimana manusia kehilangan kendali dan otoritas yang diberikan oleh Allah. Namun, melalui Kristus, otoritas itu dipulihkan, dan kemenangan atas dosa, kematian, dan Iblis dijanjikan. Pada akhirnya, makna kata "haremes" dihubungkan dengan tema teologis yang lebih besar tentang kemenangan Allah atas semua ciptaan, termasuk kekuatan-kekuatan yang membe rontak terhadap-Nya.
Demikianlah kisah Penciptaan Manusia pertama Adam dan Hawa. Semoga menjadi berkat buat kita semua.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar