09 September 2024

09 September 2024



Sumber gambar: https://cdn.britannica.com/48/5848-050-6292F88D/Cathedral-of-St-Basil-the-Blessed-Moscow.jpg 

Sejarah Kekristenan - Seri Doktrin Keselamatan Kristen Part 2 

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Sejarah Kekristenan sebagai landasan kita mengetahui Doktrin Keselamatan Kristen.

II. SEJARAH KEKRISTENAN 

2. Gereja Ortodox

16 Juli 1054: Great Schism (Perpecahan besar)

Terjadi peristiwa besar Pada tanggal 16 Juli 1054, Pemimpin besar (Patriark) Konstantinopel yang bernama Michael Cerularius dikucilkan oleh Gereja Katolik Roma, di mana peristiwa tersebut menandai dimulainya “Perpecahan Besar” yang menciptakan dua denominasi terbesar dalam agama Kristen—agama Katolik Roma dan Ortodoks Timur (cikal bakal Gereja Ortodoks saat ini).

Gereja Ortodoks adalah salah satu dari tiga kelompok Kristen utama (yang lainnya adalah Katolik Roma dan Protestan). 

Gereja Ortodoks adalah denominasi Kristen terbesar kedua di dunia, setelah Gereja Katolik Roma. Sekitar 200-300 juta orang mengikuti tradisi Ortodoks. Teologi Gereja Ortodoks didasarkan pada Kitab Suci, tradisi suci, dan ajaran para Bapa Gereja.

Gereja ini terdiri dari sejumlah Gereja yang memerintah sendiri yang bersifat 'autocephalous' (artinya memiliki kepala sendiri) atau 'otonom' (artinya memerintah sendiri).

Kata 'Ortodoks' mengambil maknanya dari kata Yunani Orthos (ὀρθός) berarti "lurus", "tegak", "benar", atau "tepat" dan Doxa (δόξα) berarti ('kepercayaan'). Oleh karena itu, kata Ortodoks berarti kepercayaan yang benar atau pemikiran yang benar.

Gereja Ortodoks bersatu dalam iman dan dengan pendekatan yang sama terhadap teologi, tradisi, dan ibadah. Mereka mengambil unsur-unsur budaya Yunani, Timur Tengah, Rusia, dan Slavia.

Setiap Gereja memiliki gelar geografisnya sendiri (bukan gelar nasional) yang biasanya mencerminkan tradisi budaya para penganutnya.

Tradisi Ortodoks berkembang dari agama Kristen Kekaisaran Romawi Timur dan dibentuk oleh tekanan, politik, dan masyarakat di wilayah geografis tersebut.  Karena ibukota Kekaisaran Romawi di Timur adalah Byzantium, gaya Kekristenan ini terkadang disebut 'Kekristenan Bizantium'. Kekaisaran Bizantium meliputi sebagian besar wilayah di sekitar Laut Mediterania, termasuk wilayah yang sekarang menjadi Italia, Yunani, dan Turki beserta sebagian wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah. 

Gereja Ortodoks memiliki kepercayaan yang sama dengan Gereja-Gereja Kristen lainnya bahwa Tuhan menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus, dan kepercayaan pada inkarnasi Kristus, penyaliban dan kebangkitan-Nya. Gereja Ortodoks berbeda secara substansial dari Gereja-Gereja lainnya dalam hal cara hidup dan ibadah, dan dalam aspek-aspek teologi tertentu.

Roh Kudus dipandang hadir di dalam dan sebagai pemandu Gereja yang bekerja melalui seluruh tubuh Gereja, serta melalui para pendeta dan uskup.

Ciri khas Gereja Ortodoks yaitu:

  1. Percaya pada ajaran asli Yesus Kristus: Gereja Ortodoks berpegang teguh pada ajaran asli Yesus Kristus. 
  2. Menganjurkan untuk tidak menafsirkan Alkitab secara berbeda: Gereja Ortodoks menganjurkan agar tidak menafsirkan Alkitab secara berbeda dari tradisi. 
  3. Membuat tanda salib: Umat Kristen Ortodoks membuat tanda salib untuk memulai dan mengakhiri devosi pribadinya. 
  4. Mengakui satu Tuhan dalam tiga pribadi: Gereja Ortodoks menegaskan bahwa ada satu Tuhan, dalam tiga pribadi yang berbeda. 
  5. Memiliki budaya Timur: Budaya Timur menjadi ciri khas tersendiri di gereja. 
  6. Memandang kepausan sebagai kehormatan: Umat Ortodoks bersikeras bahwa keutamaan kepausan haruslah "keutamaan kehormatan". 
  7. Menafsirkan kitab suci PL dalam terang Kristus: Umat Kristen Ortodoks selalu menafsirkan kitab suci PL dalam terang Kristus. 

Demikian sekilas sejarah Gereja Ortodoks, sebagai pengetahuan kita.

Amin.

 

0 comments:

Posting Komentar