19 September 2024

18 September 2024




Sumber gambar: https://medium.com/symphonyis/how-likely-are-we-to-blindly-obey-authority-fefa7bc4ec8a

Patuh kepada Pemimpin - Doktrin Keselamatan Part 6 

1. Pendahuluan

Kita semenjak masa kanak-kanak, sudah diajar bagaimana mematuhi perintah. Orangtua kita adalah Pemimpin kita yang pertama kali kita kenal. Mereka memimpin kita dari bangun pagi hingga kita tidur kembali, seluruh kehidupan kita dipimpin mereka. Di samping orangtua kita, ada pula kakak dan adik kita yang juga seringkali 'memerintah' kita di rumah. Ada juga nenek atau anggota keluarga kita yang lain, yang juga punya otoritas untuk mengatur kita. Inilah awal kita mengenal apa artinya 'Pemimpin' atau orang yang berkuasa atas kita, yang harus kita hormati dan turuti.

Pemimpin lain selain orangtua adalah guru di sekolah. Mereka adalah wakil orangtua kita yang mendidik dan mengajar kita caranya hidup bermasyarakat dan hidup mandiri. Sementara itu, kita juga mulai mengenal 'pimpinan' lain yang sebetulnya adalah teman sekolah kita, namun yang mungkin mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengatur orang lain. Di sinilah mulainya timbul konflik, kita sendiri punya kemauan, sementara orang itu ingin mengatur kita, sementara kita merasa kedudukan kita sederajat. Inilah cikal bakal konflik kepentingan yang terjadi dalam masyarakat.

2. Allah sendiri yang mengangkat dan menurunkan seorang Pemimpin

Setiap orang  sebetulnya adalah pemimpin, minimal ia memimpin dirinya sendiri. Dalam kemasyarakatan baik di lingkungan kecil di rumah dan lingkungannya, maupun menengah dan besar dengan skala yang luas, pasti ada seseorang yang menjadi Pemimpin.

Bagaimana dari sekian banyak orang yang sederajat, tiba-tiba muncul seorang yang menjadi Pemimpin di antara mereka semua? 

Jika kita belajar dari Alkitab, maka kita ketahui bahwa tidak ada seorang pemimpin yang tidak diangkat oleh Allah. Semua Imam, Hakim, Nabi, Nazir Allah, Panglima bahkan Raja, semuanya diangkat dan diurapi oleh Allah melalui firman-Nya.

Dalam ayat bacaan berikut ini, kita saksikan bahwa ada seorang raja jahat bernama Yerobeam, yang mengangkat imam sesuai kehendaknya sendiri. Bagi Tuhan ini adalah perbuatan jahat, sehingga Ia harus dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi. Artinya, manusia sama sekali tidak memiliki otoritas untuk menentukan siapa yang mau diangkatnya menjadi Pemimpin. 

1 Raja-raja 13:33-34

13:33 Sesudah peristiwa inipun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan. 13:34 Dan tindakan itu menjadi dosa bagi keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi.

Sebaliknya, Allah sangat sayang kepada orang yang diurapi-Nya sendiri. Contoh nyatanya adalah raja Daud yang sangat disayangi Allah. Jadi jika seseorang diangkat oleh Allah, sebagai pemimpin yang berkuasa, maka orang itu pasti akan diberkati-Nya.

2 Samuel 22:51

Ia mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, dan menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya, kepada Daud dan anak cucunya untuk selamanya ."

Akan tetapi ada orang yang dipilih dan diangkat Allah sendiri, namun pada akhirnya mengecewakan-Nya. Siapa? Betul! Raja Saul.

1 Samuel 9 adalah kisah raja Saul dipilih Allah dan diangkat menjadi raja Israel dan Yehuda. Awalnya ia adalah orang yang takut akan Allah dan diurapi Roh Tuhan.

1 Samuel 15 adalah perbuatan jahat raja Saul yang menyebabkan ia kehilangan kepercayaan Allah dan menurunkannya dari jabatan raja. 

3. Kristus adalah Pemimpin Yang Sejati

Konsep memimpin dalam Alkitab yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri melalui kehidupan-Nya, adalah bahwa seorang pemimpin itu sama dengan pelayan orang yang dipimpinnya. Mari kita pelajari ayat bacaan di bawah ini.

Dalam Matius 20:26-27; Markus 10:43-44; Matius 23:27 dikatakan Tuhan Yesus, bahwa barangsiapa ingin menjadi besar di antara para murid, hendaklah ia menjadi pelayan atau hamba bagi mereka semua. 

Matius 20:26-27

Tidaklah demikian di antara kamu. 
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan 
barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

Jadi konsep duniawi sangat berbeda dengan konsep keillahian Allah. Dunia ini menerapkan hukum rimba, siapa kuat memakan yang lemah, sebaliknya Tuhan mengajarkan bahwa siapa yang kuat akan melayani dan mendukung yang lemah.

Konsep ini sangat sulit diterima oleh kebanyakan orang. Makanya ajaran Kekristenan sulit diterima oleh orang yang hatinya keras dan tidak mau diajar, tetapi mudah diterima oleh orang yang lemah lembut hatinya.

Tuhan Yesus tidak hanya bisa menyuruh dan mengajarkan, tetapi juga menerapkan ajaran-Nya dalam perbuatan nyata. Jika kita baca dalam Matius 4 dan Matius 5, maka kita akan saksikan betapa Tuhan Yesus menerjang badai di lautan, demi menyelamatkan seorang yang dirasuk setan di Gerasa. 

Kita lihat dalam kisah Tuhan Yesus memberi makan Lima Ribu orang, dalam bacaan Matius 14, Markus 6, Lukas 9, Yohanes 6? Tertulis disitu, bahwa Tuhan Yesus tidak membiarkan orang banyak yang selesai mendengarkan khotbah-Nya, untuk pulang kelaparan di jalan, melainkan Ia memelihara dan memberi mereka makan dengan kenyang. Tuhan Yesus mau mengajar kepada murid-murid-Nya agar mempunyai hati yang penuh kasih untuk melayani sesama mereka dan hidup bertanggung jawab. Hal ini diajarkan Tuhan Yesus, mengingat para murid itu suatu hari kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin rohani umat Gereja mula-mula.

Apakah Kristus pemimpin yang lembek? Mudah mengalah dan selalu kalah? Tidak! Ia juga bisa marah melihat ketidak benaran terjadi.

Dalam Matius 21 Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah dengan mengusir semua pedagang yang berdagang di dalam Bait Allah. Ia mengajarkan betapa orang tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan persembahan mereka. 

Dalam Matius 23 Tuhan Yesus mengecam para ahli Taurat yang hidupnya tidak benar dan munafik. 

Masih banyak sekali konsep dan contoh yang diberikan oleh Tuhan Yesus terkait dengan konsep Kepemimpinan Kristen yang diajar-Nya.

4. Roh Kudus adalah Pemimpin kita di dunia ini setelah Tuhan Yesus naik ke Surga

Tuhan Yesus mengatakan sebelum kematian-Nya, bahwa ada seorang Pemimpin lain yang akan memimpin umat manusia kepada kebenaran. Ia adalah Roh Kudus Allah. TUHAN Allah, Tuhan Yesus dan Roh Kudus adalah satu lembaga Illahi yang ketiganya menjadi Tritunggal memimpin kita umat manusia kepada kebenaran yang sejati.

Yohanes 16:7-13

Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: 
Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. 
Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. 

Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 

    • akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;
    • akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;
    • akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. 

Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; 

sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.

Roh Kudus juga adalah Allah yang diutus TUHAN Allah, akan memimpin kita kepada segala kebenaran illahi yang dikehendaki TUHAN Allah dalam diri kita, yang dipersiapkan untuk menyambut Langit Baru dan Bumi baru yang dipersiapkan Tuhan Yesus di Surga saat ini, hingga suatu hari kelak kita bisa bertemu lagi dengan-Nya.

Amin.

0 comments:

Posting Komentar