06 September 2024

5 September 2024



Mengapa seseorang menolak mengenal TUHAN Allah (Atheisme) - Seri Kerajaan Allah Part 1

Shaloom Bapak/Ibu dan Saudara/i yang kekasih, pada kesempatan ini kita masuk ke dalam satu seri renungan firman Tuhan yang baru, dengan tema yaitu "Atheisme".

I. PENGANTAR

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa hampir setiap manusia mempunyai "lubang" kosong di dalam hidupnya, di mana lubang itu tidak bisa diisi oleh apapun, selain oleh Penciptanya saja, yaitu Tuhan, Allahnya. Mau orang itu orang Kristen, atau atheis, aliran kepercayaan, atau agama apapun juga, semua orang pasti mengetahui, bahwa ada suatu Kuasa besar yang menciptakan alam semesta ini, termasuk dirinya sendiri.

Jadi jika sesungguhnya setiap orang mengetahui ada satu Pribadi yang lebih tinggi, bahkan jauh lebih berkuasa daripadanya sendiri, maka ada kecenderungan baginya untuk ingin mengetahui Sang Pribadi itu. Akan tetapi kecenderungan itu seringkali tertutup oleh keinginan tubuh jasmani yang lebih berkuasa, sehingga banyak orang yang mengabaikan untuk mengenal Penciptanya. 

II. DEFINISI

Ateisme adalah paham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Orang yang tidak percaya pada Tuhan disebut ateis. Istilah ateis pertama kali muncul pada abad ke-18, seiring dengan berkembangnya pemikiran bebas, skeptisme ilmiah, dan kritik terhadap agama.

Istilah ateisme berasal dari bahasa Yunani ἄθεος (átheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. 

Mari kita pahami pendapat para ahli filsafat dunia yang berkaitan dengan Atheisme:

  • Ludwig Feuerbach (1804-1872) memandang Tuhan dalam agama hanya sebagai proyeksi dari kehendak manusia saja. Tuhan hanyalah proyeksi manusia yang mendamba sifat-sifat yang tidak dapat dicapainya.[10] Kehendak manusia untuk berkuasa, serba tahu, ada di mana-mana, dan tidak terikat waktu itu kemudian dilemparkannya pada "hal lain" yang adalah Tuhan.
  • Karl Marx (1818-1883) mengatakan bahwa agama adalah candu (Opium) masyarakat, karena agama, masyarakat menjadi tidak maju dan bersikap rasional. Marx mengkritik Feuerbach yang hanya menyatakan bahwa Tuhan adalah khayalan, tetapi tidak mencari sebabnya.
  • Sigmund Freud (1856-1939) berpendapat bahwa perkembangan manusia yang mempercayai agama yang terkadang tidak mencari kebenaran-kebenaran di dalamnya. Manusia yang hanya menerima begitu saja agama-agama yang diajarkan kepadanya. Ide Allah hanyalah ilusi, tetapi begitu dibutuhkan manusia seperti seorang manusia yang membutuhkan seorang bapak yang melindunginya.
  • Friedrich Nietzsche (1844-1899) sangat terkenal dengan Sabda Zarathustra (1883) bahwa "Tuhan telah mati". Inilah awal mula penolakannya terhadap Tuhan. Penolakannya terhadap Tuhan sebenarnya berasal dari kebenciannya melihat orang Kristen yang tidak menunjukkan kekristenan yang seharusnya menampilkan kasih.Bagi dia, manusia adalah ukuran segala sesuatu, bukan Tuhan yang disebut agama Kristen. Manusialah tuhan atas ciptaan ini dan yang mampu mengerjakan apa yang diinginkannya. Maka penolakan akan Tuhan adalah hal yang paling baik, sebab manusia menjadi tidak bergantung pada Allah (Kristen) yang hanya membelenggu manusia itu, katanya.
  • J. Paul Sartre (1905-1980) Tuhan di mata Sartre kecil adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya. Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12 tahun. Sartre yang tadi dididik secara Katolik berpindah kepada kesusastraan, yang disebut sebagai agama baru baginya.
  • Ibnu Sina Percaya bahwa Tuhan adalah entitas yang sempurna, abadi, dan tidak terbatas dalam segala aspek. Ibnu Sina menggunakan teori emanasi yang menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki satu sumber dan diciptakan melalui proses emanasi. 
  • Aristoteles Berpendapat bahwa Tuhan adalah penggerak pertama bagi kehidupan alam ini. 
  • Al-Kindi Berpendapat bahwa Tuhan adalah wujud yang haq (benar) yang selalu ada dan tidak didahului wujud lain. 
  • Plato Berusaha mereformasi konsep Ketuhanan yang terdapat pada masyarakat Yunani kuno. 

III. PERKEMBANGAN ATHEISME

Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% penduduk Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tidak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).  

Menurut Statistik dunia, bahwa ada sekitar 450–500 juta ateis dan agnostik di dunia, yang merupakan sekitar 7% dari populasi global. Tiongkok sendiri memiliki sekitar 200 juta orang yang tidak percaya agama ini.

Jika kita masukkan semua orang yang tidak beragama, jumlahnya meningkat menjadi sekitar 1,1 miliar, atau 16,5% dari populasi orang dewasa global.

Bagaimana di Indonesia?

Alkisah, di sebuah negeri yang pancasialis, ada seorang pemuda mengaku ateis. Pemuda itu membuat halaman di Facebook yang bernama Atheis Minang, merujuk pada identitas kesukuannya. Rupanya banyak yang tak terima dengan keateisan pemuda itu. Sang pemuda digeruduk massa di rumahnya, lalu ditangkap polisi dan dikenai pasal penistaan agama. Pemuda itu akhirnya dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara.

Kisah itu adalah kisah nyata yang terjadi di Indonesia, tahun 2012 lalu. Pemuda berumur 22 tahun itu bernama Alexander Aan, saat kasus itu terjadi ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Sumatra Barat. Kasus Aan adalah bukti bahwa mengaku sebagai ateis di Indonesia adalah pelanggaran hukum yang bisa didakwa sebagai bentuk penistaan pada agama. Dalam KUHP yang baru disahkan DPR pada Desember 2022, terdapat pasal yang mengatur bahwa seseorang yang mengajak orang lain untuk tidak beragama alias menjadi ateis, bisa dihukum maksimal 2 tahun penjara. Definisi “mengajak” bisa dimaknai dalam beragam bentuk mulai dari menyatakan di depan umum bahwa dirinya adalah ateis hingga mendiskusikan tentang ateisme. Sungguh sebuah ironi di tengah zaman teknologi yang penuh kemajuan pemikiran, sebuah kemunduran besar bagi sejarah panjang pemikiran di negeri ini . 

IV. LATAR BELAKANG SESEORANG MENJADI ATHEIS

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi apakah seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai ateis meliputi:

  • Afiliasi politik: Kaum konservatif politik cenderung tidak mengidentifikasi dirinya sebagai ateis.
  • Keyakinan pada usia 16 tahun: Orang yang memiliki keyakinan lebih kuat kepada Tuhan pada usia 16 tahun cenderung tidak mengidentifikasi dirinya sebagai ateis saat dewasa.
  • Ras: Orang Amerika berkulit hitam, Asia, dan Hispanik cenderung tidak mengidentifikasi dirinya sebagai ateis dibandingkan orang kulit putih.
  • Pendapatan: Orang dewasa dengan pendapatan lebih tinggi cenderung tidak mengidentifikasi dirinya sebagai ateis.

Seseorang bisa menjadi ateis karena beberapa alasan, di antaranya: 
  •  Tidak menemukan bukti yang meyakinkan akan keberadaan Tuhan 
  •  Tidak merasa perlu percaya pada Tuhan untuk menjelaskan dunia 
  •  Tidak percaya Tuhan diperlukan untuk menjalani kehidupan yang baik 
  •  Menemukan ketidaksesuaian antara ajaran dan perilaku orang beragama 
  •  Menemukan ketidaksesuaian antara agama dan sains 
  •  Menemukan narasi alternatif tentang agama 
  •  Menganggap ateisme sebagai sesuatu yang positif dan patut ditiru 
  •  Tidak menyukai organisasi keagamaan 
  •  Mengalami pengalaman buruk dengan orang-orang yang beragama 

Dari kondisi tersebut, lahirlah aliran lain yaitu agnostisisme, atau aliran yang mengatakan bahwa tidak cukup bukti bagi manusia untuk meyakini bahwa Allah itu ada atau tidak ada. Jadi apakah sama dengan Atheisme? Tidak. Orang Atheis, dengan jelas mengatakan bahwa Allah itu sudah pasti tidak ada, setiap benda di bumi ini sudah ada seperti adanya sedemikian, tidak perlu ada yang menciptakan. Sedangkan Agnostis, menyatakan "Abstain", untuk menyimpulkan bahwa Allah itu ada atau tidak.

Jujur, setiap orang Indonesia yang baru lahir, diwajibkan oleh Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila, memiliki satu Agama. Biasanya dari kecil kita sudah dididik sesuai dengan ajaran agama orang tua kita, dibesarkan dengan agama orang tua kita. Masalahnya, zaman sekarang ini, sudah banyak orang yang begitu dewasa, lalu memilih jalannya sendiri. 

Seseorang yang merasa sudah mapan, bisa mengatur dirinya sendiri, tidak tergantung kepada siapapun, tidak lagi merasa bahwa dirinya perlu bergantung pada siapapun, apalagi menyembah "suatu pribadi". Orang seperti ini lah yang cenderung menjadi Atheis atau Agnostik. 

V. APA PANDANGAN TUHAN MENGENAI ATHEISME

Matius 11:25-30

Ajakan Juruselamat

Pada waktu itu berkatalah Yesus: 

"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, 
karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, 
tetapi Engkau nyatakan kepada orang Kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. 

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Jadi jika kita amati firman Tuhan di atas, dapat kita pahami bagaimana munculnya Atheisme:

1. Orang merasa Bijak dan merasa pandai sehingga merasa sudah tahu segalanya

Terhadap seseorang yang merasa sudah hebat, sudah bijak dan pandai, Allah menyembunyikan segala Mukjizat dan keajaiban-Nya, melainkan menyatakannya kepada seseorang yang seperti orang kecil, yaitu orang yang merasa dirinya bodoh dan tidak punya apa-apa. Orang yang merasa pintar dan hebat, seolah-olah ia sudah mengetahui dan memiliki segalanya yang ada di dunia ini, sehingga Ia merasa tidak perlu Tuhan.

2. Tuhan Yesus tidak berkenan memperkenalkan Allah Bapa bagi orang tersebut 

Seseorang tidak akan bisa mengenal Allah Bapa di Surga, jika Tuhan Yesus tidak berkenan orang tersebut mengenal Allah Bapa. Jadi sesungguhnya Tuhan Yesus saja lah yang memampukan seseorang mengenal Allah Bapa di Surga, apalagi mempercayai Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat nya pribadi. Itu bukan kehebatan orang itu, tetapi pemberian Allah. Semua karena anugerah. Sola Gratia.

3. Seseorang yang tidak mau bayar harga mengiring Tuhan Yesus 

Seseorang bisa saja sudah mengenal Allah dan kebenaran-Nya namun keberatan untuk harus melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, oleh Allah. Orang Atheis yang tidak mau mengenal Allah adalah orang yang sesungguhnya walaupun sudah mengenal Allah, tetapi tidak mau berkorban bagi-Nya, kecewa pada-Nya dan akhirnya meninggalkan-Nya.

Matius 7:21

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Matius 7:22-23 

Amin.

0 comments:

Posting Komentar