15 Juli 2024

15 Juli 2024




Pemberitahuan Kelahiran Tuhan Yesus Kristus - Seri Imanuel (God With Us) - Part 3

Lukas 1:26-45 <-- Klik untuk membaca ayat

Pemberitahuan mengenai kelahiran Tuhan Yesus Kristus disampaikan oleh malaikat Gabriel. Maria sempat bingung bagaimana ia bisa mempunyai anak, sedangkan ia belum bersuami. Setelah dijelaskan oleh malaikat Gabriel, maka Maria menerima dengan hati yang berserah kepada TUHAN Allahnya.

Lukas 1:38

1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. 

Sikap Maria ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang takut akan Allah.

Matius 1:18-25

Kelahiran Yesus Kristus

1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: 

Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 

1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 

1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita. 

1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, 1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. 

Ketika Maria mengandung Yesus, hal itu tentu saja merupakan kejutan yang sangat besar bagi Yusuf. Meskipun ia dan Maria telah bertunangan dan mereka telah memberikan janji setia kepada satu sama lain, namun mereka belum hidup bersama sebagai suami istri. Satu-satunya kesimpulan logis yang dapat diambil Yusuf, adalah bahwa Maria telah mengandung anak dari laki-laki lain – dengan kata lain, bahwa Maria telah berzina.

Imamat 20:10

Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.

Ulangan 22:22

Apabila seseorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka haruslah keduanya dibunuh mati: laki-laki yang telah tidur dengan perempuan itu dan perempuan itu juga. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.

Perzinahan yang terbukti dapat dihukum dengan hukuman rajam sampai mati menurut hukum Musa. 

Injil Matius menjelaskan bahwa Yusuf adalah “orang yang saleh, tetapi tidak mau mempermalukan [Maria]” jadi dia memutuskan untuk “menceraikannya dengan diam-diam.” (Matius 1:19). 

Ini menunjukkan bahwa meskipun Yusuf secara umum menghormati hukum, dia tidak ingin menjadikan Maria bahan ejekan, penghakiman, dan kemungkinan kematian.  Jelas bahwa dia tidak ingin melihat Maria dipermalukan di depan umum atau dihukum mati karena apa yang dia yakini sebagai pelanggarannya.

Terlihat karakter asli Yusuf, bahwa ia adalah orang yang berhati baik dan orang yang takut akan Allah dan menghormati Maria. Allah memilih Yusuf dari sekian juga laki-laki zaman itu bisa jadi karena sifatnya ini.

Apabila kita berada dalam posisi sebagai "Yusuf", apakah kita sanggup berfikir sepertinya, dan bukannya mendatangi Maria dengan amarah yang menyala-nyala dan memaki-makinya, mungkin membawanya ke muka Pengadilan Agama dan minta Maria dihukum? Sanggupkah kita memiliki hati selembut itu? Yusuf "tidak mau mempermalukan Maria", yang secara logika sudah mempermalukan dirinya. Ia mungkin sempat merasa dikhianati atau dianggap tidak berarti.

Inilah pembuktian seseorang yang saleh, yaitu di kala ia menghadapi sesuatu yang menyakiti dirinya, menghina dirinya, merendahkan dirinya, bagaimana reaksinya. Inilah pembuktian karakter dan iman asli seseorang yang mungkin dalam kesehariannya menunjukkan dirinya mengasihi TUHAN. Ujian Allah sewaktu-waktu bisa diberikan-Nya, kita harus siap dan berjaga-jaga. 

Latihlah diri kita untuk selalu dekat dan percaya kepada TUHAN, bukan hanya waktu senang dan diberkati, tetapi pada saat menghadapi "lembah kekelaman", kita tetap harus bisa melihat "Karya Illahi" yang mungkin sedang TUHAN rancang dalam hidup kita. Marilah kita senantiasa mendekatkan diri kepada TUHAN agar kita bisa melewati badai hidup sekalipun.

Amin.

0 comments:

Posting Komentar