23 September 2023

23 September 2023



Memberi Persembahan dengan Tulus hati

Kita tidak bisa mencintai tanpa memberi. Jika kita mencintai seseorang, pasti akan mengorbankan sesuatu buat orang itu.
Kristus mencintai kita manusia ciptaan-Nya, dengan mengorbankan diri-Nya sendiri, mencurahkan darah-Nya, agar kita diselamatkan dari alam maut.

Hari ini harinya Tuhan bag ke-8 
Program Ke 
"Memberi lebih banyak"

Jika mengamati orang yang memberi persembahan di Gereja, maka ukuran orang yang memberi Rp100rb, pasti dianggap memberi lebih banyak daripada orang yang memberi Rp5ribu. Itu ukuran manusia, yang berbeda dengan ukuran Allah. 

Menurut penilaian Allah, orang yang memberi lebih banyak, tidak bisa diukur secara matematika seperti itu, melainkan diukur dengan cara memandang hati orang tersebut, pada waktu memberi persembahan itu. Bagaimana sikap hati orang itu menentukan penilaian Allah, apakah persembahan itu besar atau kecil. Perhatikanlah firman Tuhan di bawah ini, mengenai standar penilaian Tuhan. 

Lukas 21:1-4 

Persembahan seorang janda miskin

21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. 21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. 21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." 

Dua Peser yang diberikan ibu Janda itu, menurut standar manusia nilainya sangat kecil bagi ukuran manusia, hampir tidak ada nilainya, namun Allah tidak memandang nilai fisik uang persembahan itu, Allah memandang motivasi dan sikap hati seseorang dalam memberikan.

Tuhan memandang Janda itu:

1. Ia memberi karena mencintai Tuhan dengan segenap hatinya

  • Dalam kerendahhatiannya, Ibu Janda itu menyadari bahwa ia dipelihara Allah sedemikian rupa. Dengan segenap hatinya, ia mencintai Tuhan. Ia datang khusus ke Gereja dan mempersembahkan seluruh nafkahnya, dengan tidak mengkhawatirkan dirinya. Itulah persembahan yang sangat indah bagi Tuhan, yaitu memberi suatu persembahan karena mencintai Tuhan.  
  • Refleksikan bagi diri kita sendiri: sudahkah kita memberi yang terbaik buat Tuhan? Allah sudah selalu berikan yang terbaik buat kita. 
  • Contoh dalam keseharian kita: Bagaimana waktu kita memberikan waktu kita untuk membaca firman Tuhan? Apakah karena terpaksa atau karena mencintai Tuhan?

2. Ia memberi dalam kekurangannya

  • Ibu Janda memberikan persembahan dalam kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya diberikan buat Tuhan. Ia berbuat demikian demi memberikan yang terbaik buat Tuhan. 
  • Ia memberi dalam kekurangannya. Ia menyediakan waktu khusus buat Tuhan memberi kepada Tuhan. Zaman sekarang kita menghadapi kesibukan, berikan waktu khusus buat Tuhan.

  • Bagaimana dengan kita saat ini, apakah kita memberi kepada Tuhan dalam kelebihan kita atau dalam kekurangan kita. Maksudnya begini: Orang yang memberi tetapi terpaksa tidak layak buat Tuhan, tetapi orang yang memberi dengan keikhlasan dan berharap Tuhan menerimanya, itulah yang memberi dengan layak di hadapan Allah. 

3. Memberi tanpa mengharapkan kembali

  • Ada saja orang yang memberi persembahan, dengan harapan agar Tuhan memberi kembali buatnya berlipat kali ganda. Itu kurang tepat. Memberi Tuhan bukan karena mengharapkan sesuatu, tetapi dengan ketulusan.
  • Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita seperti memancing, atau sedang berinvestasi dalam kerajaan Allah? 

  • Berikanlah persembahan kita dalam bentuk apapun dengan tulus hati mencintai Tuhan, jangan sekali-kali berharap sesuatu. Allah yang tersembunyi melihat motivasi hati kita, dan akan membalas kita sesuai dengan perbuatan kita.
KUNCI MEMBERI:

"Sadarilah, seluruh harta benda yang kita miliki sekarang, sesungguhnya milik Allah yang bisa sewaktu-waktu diambilnya kembali. Jangan sayang kepada harta itu, berikan apa yang harus kita berikan dengan cinta kepada Allah dalam ketulusan hati dan tanpa paksaan"

Amin



0 comments:

Posting Komentar