20 September 2023

20 September 2023



Keluarga binaan Allah

Inisiatif Allah lah yang membentuk Keluarga. Di dalam kitab kejadian, Allah mengambil tulang rusuk Adam, menciptakan Hawa, dijadikan istri Adam. Di situlah mulai seluruh keluarga di dunia. 

Banyak keluarga yang tidak mengerti kaidah berkeluarga, sehingga keluarga menjadi retak dan hancur. Seorang yang mau berkeluarga tidak hanya didasari pada cinta manusia belaka, harus dengan kasih yang Illahi dan tulus.

2 Samuel 7:18-29

Doa syukur Daud

7:18 Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? 7:19 Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. 7:20 Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya Tuhan ALLAH? 7:21 Oleh karena firman-Mu dan menurut hati-Mu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya kepada hamba-Mu ini. 7:22 Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. 7:23 Dan bangsa manakah di bumi seperti umat-Mu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umat-Nya, untuk mendapat nama bagi-Nya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umat-Nya? 7:24 Engkau telah mengokohkan bagi-Mu umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka. 7:25 Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. 7:26 Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di hadapan-Mu. 7:27 Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepada-Mu. 7:28 Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu. 7:29 Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk selama-lamanya ."

Jika kita melihat raja Daud yang bersyukur atas pemeliharaan Allah akan keluarganya, maka kita perlu melihat ancaman bagi keluarga zaman sekarang ini.

Mengapa banyak keluarga hancur:

1. Tidak mengerti makna berkeluarga

  • Anggota keluarga perlu memahami makna berkeluarga, yaitu menghadirkan Pujian dan Penyembahan bagi Tuhan di dalam keluarga. 
  • Keluarga anggotanya adalah harus orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka, jiwa mereka dan akal budi mereka, juga mengasihi anggota yang lain seperti diri mereka sendiri. Jika ini terjadi dalam keluarga, niscaya itu adalah Istananya Tuhan di dunia. Suasana Surga turun atas keluarga itu. Itulah makna sesungguhnya dari berkeluarga.  

2. Keluarga yang anggotanya egois

  • Banyak keluarga yang anggotanya sibuk dengan urusannya sendiri tanpa menghiraukan anggota keluarga yang lainnya. Ayah yang jadi kepala keluarga, merasa ia adalah orang yang harus paling dihormati di dalam keluarga itu, jadi sikapnya arogan dan tidak ada keakraban di dalam segala tingkah lakunya. Ini menghancurkan, karena anaknya nanti begitu dewasa, sudah keluar dari rumah, tidak akan lagi mau kembali ke rumahnya menemui orangtua nya. Ia merasa ditindas dan tidak dihargai. Demikian pula istri akan mencari teman di luar dan kesibukan lainnya di luar rumah. Keluarga seperti ini sesungguhnya sudah hancur, walaupun masih tinggal di satu atap.

3. Keluarga yang tidak mengatur prioritas waktu

  • Bisa saja dalam suatu keluarga yang baik-baik, lama kelamaan menjadi hancur. Mengapa? Karena masing-masing anggota merasa hidup sendiri-sendiri. Ayah kerja dari pagi hingga malam, Ibu sibuk dengan urusannya sendiri di luar rumah juga. Anak-anak yang sudah diberi uang, akan mencari kesibukan dengan teman-temannya. Akhirnya keluarga itu sesungguhnya adalah Asrama belaka. Malam hari mereka berkumpul di satu atap, tetapi tidak saling sapa satu sama lain. Mereka tidak pernah makan bersama, ngobrol satu sama lainnya, bahkan mungkin tidak ingat hari ulang tahun mereka.

4. Tidak bisa komunikasi yang baik

  • Interaksi dalam keluarga harus dijaga agar tidak menjadi suatu ajang debat, ajang pertengkaran atau bahkan perang. Keluarga yang tidak waspada, api kecil bisa membakar seluruh keluarga. 


Bagaimana keluarga dapat dibina menjadi keluarga yang diinginkan Allah:

1. Menyadari semuanya datang dari Allah

  • Sadari istri kita dikirim Allah bagi kita, bukan kita yang mencarinya. Anak-anak kita sesungguhnya adalah milik Allah sepenuhnya. Allah menitipkannya pada kita dengan tujuan bahwa kita ini adalah wakil Allah di bumi ini bagi anak-anak kita. Selalu sadarkan diri sendiri, bahwa mereka bukan milik kita, mereka itu sejajar dengan kita, sama-sama milik Allah. 
  • Kita diberi kecukupan atas segala kebutuhan kita, itu tujuannya adalah agar kita bisa memuliakan Allah dengan harta kita. Sama sekali tidak ada rancangan Allah, agar kita bisa membanggakan harta kita sebagai milik kita. Itu semua juga titipan Allah. Dalam sekejap Allah bisa memberikannya, dalam kedipan mata bisa diambil lagi. Ingatlah kisah hidup Ayub yang kehilangan harta dan seluruh miliknya dalam sekejap. Jangan meributkan materi duniawi sebagai milik saya pribadi. Sadari semuanya adalah pemberian Allah. Semuanya tidak bisa kita peroleh kalau tidak diizinkan Allah.

2. Jangan pikirkan hak kita 

  • Dalam hidup berkeluarga, isi pikiran kita seharusnya adalah memikirkan tanggung jawab yang harus kita selesaikan hari ini. Bagaimana kita memikirkan kehidupan anak dan istri kita, agar bisa mempunyai segala kebutuhan mereka. Jika kita dalam keadaan yang tidak baik. Berdoalah. 
  • Kalau sibuk membela hak kita, maka bisa lupa pada kewajiban yang Tuhan berikan kepada kita dalam keluarga.

3. Terima pasangan kita apa adanya

  • Mungkin sebagian besar orang yang menikah sangat bersukacita pada masa-masa bulan madu. Akan tetapi berjalan dengan waktu, sifat, karakter dan "aslinya" pasangan kita mulai muncul. Mulailah sang suami ingin istrinya berubah. istrinya merasa tidak ada yang salah dengan dirinya, jadi ia bertahan. Mulailah timbul pertentangan dan pertengkaran. 
  • Setelah bertahun tahun menikah, tidak ada kebahagiaan, karena Suami ingin istrinya berubah, sang Istri pun ingin suaminya tunduk padanya. Anak menginginkan orangtuanya bisa memahami perasaan dan kebutuhannya. Semua anggota keluarga itu sangat tidak punya keinginan mengalah. Inilah awal kehancuran keluarga.
  • Menyadari bahwa pasangan kita datangnya dari Allah yang sempurna, maka kita akan meyakini bahwa kalau kita berserah pada Allah dan mengasihi pasangan kita dengan tulus, menikmati perbedaan yang ada padanya sebagai suatu "kekayaan" yang harus disyukuri. Sifat buruk pasangan kita, bisa kita doakan dan kita serahkan pada Allah yang sanggup mengubahnya.

4. Selesaikan masalah dengan kasih.

  • Semua keluarga pasti pernah mengalami konflik, masalah, perdebatan bahkan pertengakaran. Keluarga yang baik, berselisih paham boleh, tetapi tidak bertujuan untuk saling menjatuhkan. Seorang Kepala Keluarga tidak boleh otoriter dan menjajah, melainkan mengayomi keluarganya dengan kasih. Ia harus bisa melerai segala pertengkaran dengan cara-cara yang lemah lembut dan rendah hati. apa jadinya jika kepala keluarga itu sendiri yang ternyata menjadi biang masalah dalam keluarga? Oleh karena itu Kepala keluarga haruslah orang yang takut akan Tuhan dan yang mengasihi keluarganya.

Rumah tangga yang bahagia, adalah rumah tangga yang selalu hidup dalam Kasih Tuhan. Jika Kasih Tuhan memenuhi kehidupan keluarga kita, semua masalah akan diselesaikan oleh Allah.

Amin

0 comments:

Posting Komentar