11 Februari 2023

11 Februari 2023




Menyakiti diri sendiri

Banyak hal yang berubah dalam hidup kita, setiap perubahan membawa kebaikan bagi kita. Tuhan tidak akan meninggalkan kita.

Kisah Para Rasul 26:12-15

Paulus menceriterakan pertobatan dan panggilannya
26:12 "Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik, 26:13 tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku. 26:14 Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. 26:15 Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu.

Saulus berjumpa secara pribadi dengan Yesus, ia diubah menjadi Paulus pemberitaan injil. Awalnya Allah membutakan mata Saulus dengan sinar yang lebih terang dari Matahari. Ia harus buta selama tiga hari, agar sadar untuk tidak lagi membunuh pengikut Yesus. Tuhan bisa saja membutakan mata kita agar tidak melakukan dosa lagi. Allah membutakan Paulus, bahwa apa yang sudah dibuatnya itu sangat jahat dan menyakitkan hati Tuhan.
Saulus dulu menyangka jalannya itu benar. Ia mengerjakan pekerjaannya dengan bersungguh-sungguh. Tapi sesungguhnya itu perbuatan yang sangat jahat.
Apa maksud Menendang ke galah rangsang?

Kata Yunani kentron di sini berarti sebilah galah (tongkat) yang digunakan untuk memecut ternak (biasanya saat membajak) agar menstimulasinya terus bergerak maju, termasuk untuk mengendalikan arah gerak majunya. Itulah sebabnya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: “ galah rangsang .”


Galah Rangsang

Orang-orang Yunani menggunakan gambaran di atas secara figuratif menjadi sebuah peribahasa, yang persis dikutip oleh Paulus di atas. Peribahasa Yunani ini, berarti “ melawan para dewa ” atau “ melawan Allah ”. Peribahasa tersebut muncul dalam tulisan penulis drama tragedi Yunani, Eurepides (480 sM – 404 sM), yang berjudul: Bakkhai. 

Dalam  Bakkhai , Dionisius berkata: “ Aku akan memberikan kengerian padanya daripada tendangan dengan teriakan melawan galah rangsang – manusia melawan dewa. ” (Euripides,  Bakkhai , trans. Reginald Gibbons wih and Introduction and Notes oleh Charles Segal [The Greek Tragedy in New Translations; New York; Oxford University Press, 2001], 72).

Gagasan konektifnya adalah sama seperti ternak yang dikendalikan oleh petani yang membajak dengan menggunakan galah rangsang, menyakitkan memang bagi ternak tersebut, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa. Demikian pula, bagi mereka, hidup manusia dikendalikan oleh para dewa atau oleh Allah. Melawan galah rangsang adalah tindakan sia-sia yang menyakiti diri sendiri, demikian juga melawan para dewa atau melawan Allah.

Dalam tiga catatan mengenai pertobatan Paulus di dekat Damsyik dalam Kisah Para Rasul, hanya dalam membuktikannya di hadapan Agripa, Paulus mengutip peribahasa Yunani tersebut. Mengapa? Karena untuk menduduki jabatan itu, Agripa harus memiliki pendidikan Yunani dan mengenal baik peribahasa-peribahasa tersebut. 

Berapa banyak di antara kita yang hidupnya dikuasai hawa nafsu daging yang masih melekat di hidup kita, sehingga menyakiti diri kita sendiri. Pada akhirnya kita akan binasa. 
Apa yang terjadi pada Saulus, ia diubahkan total setelah melihat Allah secara pribadi. Ia buta dan diubahkan menjadi orang yang baru. Allah memberikan kehidupan yang baru dan memberi nama yang baru bagi Saulus.
Mari berikan hidup kita kepada Kristus. Jangan lagi menyakiti diri sendiri.
Kuasa Roh Kudus siap mengubahkan kita.

Amin.

0 comments:

Posting Komentar