Pepatah: "Seseorang bisa memberi tanpa cinta, tapi tidak mungkin mencintai tanpa memberi".
Tuhan Yesus mencintai bukan dengan kata-kata saja, ia berikan hidup-Nya buat kita, sehingga
kita bisa berjalan dalam kemuliaan-Nya saat ini.
Program Ke
"Memberi lebih banyak"
Kalau di Gereja ada pelayanan persembahan, pasti orang itu akan menganggap yang memberi sedikit,
pasti persembahan nya lebih jelek daripada yang memberi banyak. Segala pelayanan juga diukur
seperti itu, orang yang melayani lebih repot dan lebih lelah itulah orang yang akan menerima pahala
lebih banyak. Apakah memang seperti itu menurut Allah?
Mari perhatikan firman Tuhan di bawah ini:
Lukas 21:1-4 (TB)
1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan
mereka ke dalam peti Persembahan. 2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser
ke dalam peti itu. 3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi
lebih banyak dari pada semua orang itu. 4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Tuhan Yesus melihat 2 peser lebih banyak daripada persembahan yang banyak? Bagaimana mungkin?
Satu dinar itu upah pekerja satu hari, anggaplah Rp.128.000,-. Satu Dinar = 128 Peser.
Berarti persembahan Janda miskin itu yang hanya 2 peser = 2 x Rp.1.000 = Rp.2.000,- di zaman ini.
Sementara persembahan orang kaya itu ratusan ribu atau jutaan rupiah. Matematika Tuhan tidak sama
dengan matematika manusia. Tuhan menerima kita apa adanya, bukan melihat dari jumlah uang yang
diberikan. Jumlah persembahan kita tidak menjadi perhatian Tuhan.
Lalu apanya yang diperhatikan Tuhan:
1. Apakah seseorang memberi Persembahan dengan Cinta kepada Tuhan?
Orang bisa memberi persembahan dalam jumlah besar, namun memberi tanpa rasa cinta kepada Allah.
Sementara Janda miskin itu sangat ingin memberi kepada Tuhan, dengan penuh rasa cinta dan kasih
kepada Allah. Apa buktinya? Janda itu memberikan sesuatu yang sangat berarti buat dirinya, yaitu Ia
memberi seluruh nafkahnya hari itu, dipersembahkan kepada Allah.
Itu nilainya jauh lebih besar daripada orang memberi yang tanpa rasa apapun.
2. Apakah seseorang itu memberi dengan bersungguh-sungguh, atau sekedar memberi?
Janda miskin itu memberikan Persembahan dalam kekurangannya, artinya seluruh nafkahnya diberikan,
setelah itu ia tidak bisa makan. Hal ini menandakan bahwa ia merasa hidupnya milik Tuhan sepenuhnya.
Digantungkan hidupnya pada Tuhan, yang diyakininya lebih berharga daripada dirinya sendiri.
Bagi kita "Waktu" juga adalah persembahan. Seseorang merasa punya banyak urusan tetapi buat Tuhan
ia tidak punya waktu. Ia bukan tidak punya waktu, tapi tidak menjadikan Tuhan sebagai prioritas dalam
hidupnya.
3. Apakah seseorang itu memberi dengan ketulusan hati atau berharap kembali?
Ketulusan dalam hati Janda ini lah yang menyebabkan Tuhan Yesus memberikan pujian. Ketulusan hati
seseorang hanya bisa dilihat oleh orang itu dan Tuhan semata. Motivasi melakukan untuk Tuhan harus
dilihat sebagai suatu yang utama dalam kehidupan kita, jangan merasa kita punya sesuatu yang kita
inginkan.
Kesimpulannya, bahwa kita harus punya hati yang bersyukur atas pemberian Tuhan selama ini, bukan
memberi karena berharap menerima lagi sesuatu dari-Nya. Allah sudah terlalu banyak memberi buat kita.
Amin.
0 comments:
Posting Komentar